Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA CABAI: Di Sampit, Rawit Rp100.000 Per Kilogram

Harga cabai rawit di pasar tradisional di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus naik, dan bahkan kini sudah mencapai Rp100 ribu/Kg.
Harga cabai rawit di pasar tradisional di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus naik, dan bahkan kini sudah mencapai Rp100 ribu/Kg./Bisnis
Harga cabai rawit di pasar tradisional di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus naik, dan bahkan kini sudah mencapai Rp100 ribu/Kg./Bisnis

Bisnis.com, SAMPIT, Kalteng -  Harga cabai rawit di pasar tradisional di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus naik, dan bahkan kini sudah mencapai Rp100 ribu/Kg.

"Tadi cuma beli satu ons, asal ada aja. Tetap beli karena sudah terbiasa makan pakai sambal. Mau membeli banyak tapi harganya makin mahal," kata Sari, warga Sampit, Kamis (17/3/2016).

Pantauan di Pasar Keramat Sampit, rata-rata pedagang menjual cabai rawit dengan harga Rp100 ribu/Kg. Pedagang menyiasatinya dengan menjual per bungkus kecil seberat satu ons Rp 10.000 sehingga tidak terlalu memberatkan konsumen.

Semakin mahalnya harga cabai, diakui berpengaruh terhadap penghasilan pedagang karena daya beli masyarakat menurun. Jika pun membeli, masyarakat tidak membeli cabai sebanyak biasanya sehingga keuntungan yang didapat pedagang pun berkurang.

"Harga sudah tinggi, mana bisa kami mengambil untung banyak-banyak. Untung sedikit ini pun pembeli berkurang dari biasanya. Pokoknya kalau harga mahal seperti sekarang, kami pedagang juga merasakan dampaknya," kata Wati, pedagang.

Kenaikan harga cabai terjadi sejak dua pekan terakhir. Penyebabnya diduga karena pasokan berkurang, sementara pasokan cabai petani lokal terbatas sehingga harga naik.

Selain cabai, harga bawang merah yang didatangkan dari Jawa juga naik tinggi, yakni Rp40.000/Kg, bawang merah dan Rp35.000/Kg kilogram bawang putih.

Muhammad Indra, pengurus Karang Taruna Kotawaringin Timur memotivasi warga Karang Taruna menjadi penggerak masyarakat desa untuk memanfaatkan pekarangan dan lahan telantar menjadi ekonomis. Berbagai tanaman bisa ditanam dengan mudah sehingga menghasilkan seusatu yang bermanfaat.

"Seperti menanam cabai itu kan perkara yang sangat mudah. Di pot bunga pun bisa tumbuh, apalagi kalau pekarangan kita luas. Kalau tanam sendiri, kita tidak perlu resah kalau harga naik. Bahkan kalau diseriusi, ini bisa jadi penghasilan yang menjanjikan," kata Indra.

Dia mengajak warga Karang Taruna memberi contoh sehingga masyarakat desa makin tertarik memanfaatkan potensi di sekelilingnya. Berawal untuk pemenuhan kebutuhan dapur sendiri, ini bisa membantu meningkatkan penghasilan masyarakat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper