Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

BEIJING: Penanaman Modal Asing di China anjlok dalam empat bulan berturut-turut pada Februari, menyusul menahan pembelanjaan karena perlambatan ekonomi dan krisis utang Eropa.
 
Departemen Perdagangan China mengungkapkan jika dibandingkan tahun lalu, investasi di Negeri Panda itu selama Februari 2012  turun 0,9% menjadi US$7,73 miliar. Penurunan ini sudah dimuli pada Januari lalu sebesar 0,3%. Sementara itu, perdagangan di luar negeri juga menurun 0,6% ke US$17,7 miliar.
 
Juru bicara Departemen Perdagangan China Shen Danyang menyatakan dari laporan menunjukkan suramnya investasi asing di China. Hal tersebut karena penurunan permintaan luar negeri, peningkatan biaya operasional, dan kesulitan pendanaan yang dihadapi sejumlah perusahaan. ING Finansial Market menyatakan penjualan di luar negeri sempat tembus US$116 miliar pada tahun lalu, dan kemungkinan akan stabil pada US$100 miliar.
 
“Investor akan berhati-hati terkait dengan lambatnya pemulihan global. China akan berupaya keras menarik investasi asing karena akan membuka tawaran untuk masyarakat menengah,” ujar Pan Xiangdong, ekonom China Galaxy Securities Co di Beijing, seperti dikutip Bloomberg.
 
Sementara itu, Perdana Menteri China Wen Jiabao akan berakhir masa jabatannya pada tahun depan, setelah satu dekade menjabat. Wen menyatakan bahwa negara Tirai Bambu ini harus mengadoopsi perubahan politik sebagai upaya mendukung transformasi eknomi yang berhasil mempercepat pertumbuhan dan kesejahteraan. 
 
“Tanpa adanya keberhasilan reformasi politik, mustahil untuk melanjutkan reformasi ekonomi. Bahkan ada kemungkinan untuk kehilangan apa yang sudah dicapai,” ujarnya.
 
Dari Singapura dilaporkan JPMorgan Chase & Co. menyatakan perekonomian China sudah berada pada posisi menurun tajam atau hard landing.
 
Adrian Mowat, chief Asian and emerging-market strategist JPMorgan Chase & Co. mengajak untuk melihat data perekonomian China.
 
“Jika anda melihat data eknomi China maka perlu dihentikan perdebatan mengenai hard landing, karena China saat ini sudah dalam posisi hard landing,” tegasnya.
 
Menurutnya, hal tersebut dilihat dari penurunan penjualan kendaraan, penurunan produksi semen, penurunan produksi baja, dan juga konstruksi. “Jadi sudah tidak perlu perdebatan, karena hal ini adalah fakta,” tegas Mowat.
 
Indeks Shanghai Composite turun 2,6% pada hari ini, penurunan terbesar sejak 30 November, setelah Perdana Menteri Wen Jiabao menyatakan harga perumahan masih jauh dari tingkat wajar. Komentar itu karena pemerintah akan mengelola pembatasan dari pasar property untuk memperpanjang periode meskipun adanya kekhawatiran pembatasan tersebut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
 
Wen mengumumkan pada konggres di parlemen pada 5 Maret terkait dengan pertumbuhan ekonomi China yang ditargetkan 7,5% pada tahun ini. Turun 8% dari perolehan selama tujuh tahun ini. Data terakhir menunjukkan pabrik di China untuk pertama kalinya dalam dua bulan meningkat, sementara itu peningkatan penjualan retail akan meningkat kurang dari prediksi ekonom, dan inflasi akan dilonggarkan dalam 20 bulan ini.
 
Mowat menyatakan pada Mei lalu terlihat bahwa risiko anjloknya ekonomi China telah terlihat dari investasi aset di sektor perumahan meningkat, meskipun permintaan untuk properti melemah. Hal ini diartikan bahwa persediaan perumahan akan meningkat dan mendorong terjadinya kontraksi pada kegiatan konstruksi.
 
“Semestinya ada pertanyaan dan memperhatikan apa yang sedang terjadi pada pasar properti. Masyarakat China terlalu puas bahwa pemerintah dapat menurunkan apa yang terjadi di pasar ini,” ujarnya. (sut)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Sutarno
Sumber : Bloomberg / Diena Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper