Bisnis.com, JAKARTA - Hampir dapat dipastikan, Selat Hormuz akan diblokade oleh Iran menyusul pengeboman fasilitas nuklirnya oleh AS beberapa waktu lalu. Unsur-unsur pemerintahan Negeri Mullah itu, angkatan bersenjata dan parlemen antara lain, telah siap mengeksekusi rencana dimaksud. Hanya masalah timing saja.
Dunia langsung ketar-ketir dibuat oleh Iran. Bahkan Amerika Serikat mengklaim invasi pesawat pembom silumannya ke wilayah Iran telah berhasil menghancurkan reaktor nuklir di Isfahan, Fordow dan Natanz, dikabarkan mengontak China dan meminta negeri ini menyampaikan ke Teheran agar tidak memblokade Selat Hormuz.
Pengamat dan pakar sudah banyak bicara ihwal penutupan badan air tersebut dari sisi ekonomi. Tulisan ini mencoba fokus pada aspek bisnis pelayaran dan imbas yang akan dirasakan oleh para pelaku usahanya. Pada titik tertentu kedua sisi tentu saja akan berhimpitan karena pelayaran merupakan bagian ekonomi.
Penutupan Selat Hormuz jelas akan amat sangat merugikan bisnis pelayaran BBM (baca: tanker) mondial di mana armada tipe ini merupakan kedua terbesar populasinya setelah bulk carrier.
Menurut United Nations on Trade and Development atau UNCTAD dalam terbitannya Review of Maritime Transport 2024, armada tanker dunia saat ini mencapai 665.424 deadweight ton/DWT atau 28,3% dari total armada dunia yang berjumlah 2.353.899 DWT.
Perlu dicatat, tanker tidak hanya mengangkut BBM dalam bentuk crude oil maupun produk tetapi juga membawa bahan kimia dan gas. Istilahnya pun berbeda dalam khazanah industri pelayaran; pembawa bahan kimia disebut chemical tanker sementara pembawa gas dikenal dengan sebutan gas tanker atau gas carrier. Ukurannya pun berbeda-beda.
Baca Juga
Ambil contoh coastal tanker. Ini merupakan tanker dengan ukuran paling kecil (lebar 29 meter dan panjang 206 meter) dengan kapasitas angkut antara 10.000—20.000 DWT. Lalu ada tipe Aframax. Dengan dimensi lebar 34 meter dan panjang 255 meter, jenis ini memiliki daya angkut mulai 80.000 hingga 120.000 DWT. Cocok dipergunakan untuk pengangkutan BBM jarak sedang.
Berikutnya adalah jenis Suezmax. Dari namanya sudah jelas bahwa tanker ini didesain untuk melintasi Terusan Suez. Adapun ukurannya: lebar 45 meter dan panjang 285 meter dengan kapasitas angkut 120,000 hingga 200.000 DWT.
Pembaca barangkali sering membaca VLCC atau very large crude carrier. Ini merupakan tanker dengan ukuran yang lebih besar dari dua jenis sebelumnya—lebar 55 meter dan panjang 330 meter. Kapasitas angkutnya antara 200.000 dan 320.000 DWT dan biasanya melayari perairan jarak jauh dengan membawa crude oil.
Last but not least, ultra large crude carrier atau ULCC. Dengan spesifikasi lebar 63 meter dan panjang 415 meter, ia merupakan yang terbesar dalam jajaran armada tanker. Adapun kapasitas angkutnya lebih dari 320.000 DWT. Seawise Giant dan Hellespont Alhambra, dua tanker raksasa yang ada, masuk ke dalam jenis ini.
MATI LANGKAH
Daya rusak blokade Iran atas Selat Hormuz terhadap bisnis pelayaran terletak pada fakta berikut ini: menurut data International Energy Agency atau IEA, perairan ini dilintasi oleh lebih-kurang 20 juta barel minyak (30% dari perdagangan minyak dunia) setiap harinya yang sebagian besar diangkut oleh VLCC maupun ULCC.
Dengan bentuk geografisnya yang ada, penutupan selat ini akan membuat armada tanker yang biasanya hilir-mudik mati langkah. Bila mereka sudah di dalam selat tidak bisa keluar. Jika di luar tidak bisa masuk. Inilah yang terjadi dengan dua VLCC, yaitu Coswisdom Lake dan South Loyalty, yang diberitakan oleh kantor berita Reuters langsung berbalik arah begitu mengetahui AS menyerang fasilitas-fasilitas nuklir Iran yang disebut sebelumnya di atas.
Penutupan Selat Hormuz berbeda dengan penutupan Terusan Suez pada 1950-an dan 1960-an. Sejarah mencatat, terusan yang menghubungkan laut Mediterania dan laut Merah itu bergejolak ada akhir 1956 menyusul meletusnya Perang Arab-Israel II. Perang terjadi karena Inggris dan Prancis ingin menguasai terusan sepanjang 163 km tersebut untuk kepentingan bisnis dan kolonial.
Kedua negara minta Israel agar menyerang Mesir untuk mewujudkan ambisi mereka. Israel langsung menyerang terusan ini pada 29 Oktober tahun 1956. Dalam pertempuran tersebut, bala tentara Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser, menenggelamkan 40 kapal di kanal itu sehingga menutup sama sekali akses bagi kapal-kapal yang ingin berlayar ke Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Serikat.
Dari kondisi kacau balau itulah lantas banyak perusahaan pelayaran yang meraup untung besar. Alasannya, dengan tertutupnya Suez oleh bangkai kapal, terpaksa operator kapal, terutama tanker, mencari alternatif rute pelayaran. Ini berarti perjalanan yang ditempuh kapal lebih panjang, lazimnya melalui Tanjung Harapan di bagian selatan Afrika. Tentulah ongkos angkut menjadi lebih mahal oleh langkah rerouting ini.
Miliuner pengusaha kapal asal Yunani, Aristotle Onassis dicatat dunia sebagai pengusaha yang kekayaannya dihimpun dari Perang Arab-Israel II ini. Saat itu, ia menguasai armada kapal tanker yang lumayan banyak jumlahnya dan kapal-kapal ini diburu oleh para pihak yang tetap ingin berbisnis perminyakan di masa perang. Onassis mengenakan harga yang tinggi untuk setiap kapal yang disewa trader minyak.
PANIK & TAKUT
Blokade Selat Hormuz tidak akan memberikan ruang untuk para pengusaha mendapat untung karena tidak ada jalur alternatif bagi tanker-tanker. Pihak yang beruntung dari situasi ini satu-satunya hanya Iran, baik dari sisi psychological war (psy war) maupun ekonomi. Dunia kini tengah panik dan ketakutan menanti pemberlakuan blokade. Inilah psy war itu.
Iran merupakan negara penghasil minyak nomor dua di dunia di mana pemblokadean yang dilakukannya akan membuat pasar minyak dunia kekurangan suplai dengan signifikan. Harga minyak dipastikan melambung tinggi.
Di sisi lain, kebutuhan akan minyak tetap tinggi sehingga negara-negara yang membutuhkannya pasti membeli, berapapun harganya. Kendati tengah berperang, Iran tetap menjual minyaknya kepada siapa saja tetapi tidak kepada AS dan sekutunya.
Pada harga berapa Iran akan menjual minyaknya? Bisa sesuai harga spot, bisa pula harga ‘pertemanan’, terutama kepada Rusia dan China. Yang jelas Iran akan tetap mendulang cuan.
Lebih menariknya lagi, minyak yang dijual Iran akan diangkut oleh tanker-tanker Iran sendiri (armada tanker Iran termasuk dalam jajaran 5 besar dunia). Dari sisi ekonomi, Iran menang dua kali. Barangkali inilah yang membuat AS meminta China agar Iran tidak memblokade Selat Hormuz. Pasalnya mereka bakal amsyong di sisi energi.