Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol bersumpah untuk tidak menyerah dan melakukan yang terbaik bagi negaranya “sampai akhir,” tak lama setelah Parlemen melakukan pemakzulan atau meloloskan mosi tidak percaya terhadap dirinya pada Sabtu (14/12/2024) atas kegagalan pemberlakuan darurat militer.
Yoon membuat janji tersebut saat dia menghadapi penangguhan tugas karena Parlemen Korsel memilih untuk mencopotnya dari jabatannya.
“Saya tidak akan pernah menyerah. Saya akan menghargai setiap teguran, dorongan, dan dukungan yang Anda tunjukkan kepada saya, dan saya akan melakukan yang terbaik untuk negara ini sampai akhir,. Meskipun saya berhenti sejenak untuk saat ini, perjalanan saya untuk masa depan bersama rakyat Korsel selama dua setengah tahun terakhir tidak boleh berhenti,” kata Yoon dalam pidato publik yang direkam di kediamannya dikutip dari Yonhap, Minggu (15/12/2024).
Yoon juga berjanji akan membawa semua kritik, dorongan dan dukungan yang telah dirinya terima, dan dia akan melakukan yang terbaik untuk Korsel sampai akhir masa jabatan.
Selain itu, Yoon mendesak para pejabat publik untuk tetap teguh dalam menjalankan tugas mereka di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Han Duck-soo, yang akan menjadi pelaksana tugas Presiden Korsel.
Dia juga meminta komunitas politik untuk menghindari “politik yang sembrono dan konfrontatif” dan melakukan upaya untuk meningkatkan budaya politik.
Baca Juga
Sementara itu, Perdana Menteri Han Duck-soo, yang ditunjuk oleh Yoon sebagai pelaksana tugas Presiden, berjanji untuk melakukan stabilisasi pemerintahan yang sempat goyah akibat darurat militer.
“Saya akan mengerahkan seluruh kekuatan dan upaya saya untuk menstabilkan pemerintahan,” kata Han kepada para wartawan setelah pemungutan suara dilansir dari Reuters, Minggu (15/12/2024).
Dia juga memimpin pertemuan Dewan Keamanan Nasional dan mendesak negara untuk mempertahankan “postur kesiapan yang ketat” untuk memastikan Korea Utara tidak dapat merencanakan provokasi.
Krisis politik, yang telah menyebabkan pengunduran diri atau penangkapan beberapa pejabat senior pertahanan dan militer, telah menimbulkan kekhawatiran atas kemampuan Korea Selatan untuk menghalangi Korea Utara yang bersenjata nuklir di saat Pyongyang memperluas persenjataannya dan memperdalam hubungan dengan Rusia.
Yoon adalah presiden dari partai konservatif kedua berturut-turut yang dimakzulkan di Korea Selatan. Sebelumnya, Park Geun-hye dilengserkan dari jabatannya pada 2017. Yoon selamat dari pemungutan suara pemakzulan pertama akhir pekan lalu, ketika partainya sebagian besar memboikot pemungutan suara, sehingga parlemen tidak memenuhi kuorum.
Mosi pemakzulan dilakukan karena setidaknya 12 anggota Partai Kekuatan Rakyat, pimpinan Yoon, bergabung dengan partai-partai oposisi, yang menguasai 192 kursi di majelis nasional yang beranggotakan 300 orang. Jumlah tersebut melewati ambang batas dua pertiga yang dibutuhkan.
Jumlah anggota parlemen yang mendukung pemakzulan Yoon pada Sabtu (14/12) sebanyak 204 orang, dengan 85 orang menentang, tiga abstain, dan delapan surat suara tidak sah.
Krisis politik telah memicu kekacauan dalam partai yang berkuasa, dengan pemimpin partainya, Han Dong-hoon, menentang seruan untuk mengundurkan diri setelah mendukung pemakzulan sebagai “hal yang tidak dapat dihindari untuk menormalkan situasi”.