Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peta Kemenangan Trump vs Kamala versi Quick Count Pilpres AS

Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, untuk sementara memimpin perolehan suara dalam pemilihan presiden (pilpres) AS.
Aprianto Cahyo Nugroho, Lorenzo Anugrah Mahardhika
Rabu, 6 November 2024 | 08:36
Debat calon presiden AS antara Donald Trump dan Kamala Harris ditayangkan dalam layar di Pennsylvania, Amerika Serikat pada Selasa (10/9/2024). / Bloomberg-Hannah Beier
Debat calon presiden AS antara Donald Trump dan Kamala Harris ditayangkan dalam layar di Pennsylvania, Amerika Serikat pada Selasa (10/9/2024). / Bloomberg-Hannah Beier

Bisnis.com, JAKARTA – Kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, untuk sementara memimpin perolehan suara dalam pemilihan presiden (pilpres) AS.

Melansir Reuters, Rabu (6/11/2024), Donald Trump memenangkan delapan negara bagian, sementara Kamala Harris dari Partai Demokrat memenangkan tiga negara bagian dan Washington, D.C.

Berdasarkan pantauan terakhir pukul 8.26 WIB, Trump memimpin dengan 90 suara elektoral setelah memenangkan Kentucky, Indiana, West Virginia, Alabama, Florida, Oklahoma, Missouri, dan Tennessee.

Sementara itu, Harris memperoleh 27 suara elektoral dari Vermont, Maryland, Massachusetts, dan Washington, D.C. untuk memenangkan pilpres AS, salah satu calon membutuhkan total 270 suara elektoral dari 538 suara yang ada.

Berdasarkan estimasi hitung cepat Edison Research, hasil perhitungan awal masih sesuai dengan perkiraan sebelumnya. Namun, hasil akhir dalam pilpres AS diperkirakan baru terlihat dalam beberapa jam atau bahkan hari mendatang. Hal ini karena tujuh negara bagian yang disebut swing states masih melakukan perhitungan dan diperkirakan belum akan selesai dalam waktu dekat.

Negara bagian tersebut antara lain Georgia, North Carolina, Pennsylvania, Arizona, Michigan, Nevada dan Wisconsin. Jajak pendapat menunjukkan persaingan ketat di ketujuh negara bagian tersebut menjelang Hari Pemilihan.

Trump berencana untuk menyaksikan hasil pilpres di resor Mar-a-Lago miliknya sebelum berbicara kepada para pendukungnya dalam konvensi terdekat, menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut. CEO Tesla Elon Musk yang menjadi salah satu pendukung utama Trump mengatakan bahwa ia akan menyaksikan hasil penghitungan suara di Mar-a-Lago bersama Trump.

Sementara itu, Kamala Harris, yang sebelumnya telah mengirimkan surat suaranya ke negara bagian asalnya, California, menghabiskan sebagian hari Selasa untuk wawancara radio dengan mendorong para pendengarnya untuk memberikan suara.

Kemudian, ia akan berpidato di hadapan para mahasiswa di Universitas Howard, sebuah perguruan tinggi yang memiliki sejarah kulit hitam di Washington di mana Harris pernah menjadi mahasiswa.

“Untuk kembali malam ini ke Universitas Howard, almamater tercinta saya, dan semoga dapat mengenali hari ini dengan baik, benar-benar merupakan lingkaran penuh bagi saya,” kata Harris dalam sebuah wawancara.

Demokrasi di Bawah Ancaman

Sementara itu, hampir tiga perempat pemilih dalam pemilihan presiden AS hari Selasa (5/11/2024) mengatakan demokrasi Amerika berada di bawah ancaman. Hal tersebut mencerminkan kecemasan mendalam warga AS setelah kampanye kontroversial antara Kamala Harris dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik.

Menurut hasil exit poll awal nasional Edison Research yang dikutip dari Reuters, Rabu (6/11/2024) demokrasi dan ekonomi merupakan isu yang paling penting bagi para pemilih, dengan sekitar sepertiga responden menyebutkan masing-masing isu tersebut, diikuti oleh aborsi dan imigrasi sebesar 14% dan 11%, data menunjukkan. 

Jajak pendapat tersebut menunjukkan 73% pemilih percaya demokrasi berada dalam bahaya, sementara hanya 25% yang menyatakan demokrasi aman.

Data tersebut menggarisbawahi betapa dalamnya polarisasi di sebuah negara yang perpecahannya semakin jelas dalam persaingan yang sangat ketat. Trump telah menggunakan retorika yang semakin kelam dan apokaliptik sambil memicu ketakutan yang tidak berdasar bahwa sistem pemilu tidak dapat dipercaya. 

Sementara itu, Harris telah mendesak masyarakat Amerika untuk bersatu, dan memperingatkan bahwa masa jabatan Trump yang kedua akan mengancam fondasi demokrasi Amerika.

Angka-angka tersebut hanya mewakili sebagian kecil dari puluhan juta orang yang telah memberikan suara, baik sebelum maupun pada Hari Pemilu, dan hasil awal dapat berubah pada malam hari seiring dengan semakin banyaknya orang yang disurvei.

Beberapa jam sebelum pemungutan suara ditutup, Trump mengklaim pada unggahannya di situs Truth Social tanpa bukti bahwa ada "banyak perbincangan tentang kecurangan besar-besaran" di Philadelphia. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper