Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perjuangan Henok Ayaumen, Membangun Literasi di Tengah Keterbatasan

Di sebuah rumah sederhana di Kampung Dugrimog, Distrik Didohu, Pegunungan Arfak, Papua Barat, suasana penuh semangat tampak di dalam rumah baca Sijo.
Henok Ayaumen di rumah baca Sijo, Kampung Dugrimog, Distrik Didohu, Pegunungan Arfak, Papua Barat./Istimewa.
Henok Ayaumen di rumah baca Sijo, Kampung Dugrimog, Distrik Didohu, Pegunungan Arfak, Papua Barat./Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA — Di sebuah rumah sederhana di Kampung Dugrimog, Distrik Didohu, Pegunungan Arfak, Papua Barat, suasana penuh semangat tampak dari ruangan. Anak-anak duduk melingkar di lantai kayu, tanpa meja atau kursi, namun antusias mereka untuk belajar tetap tinggi. Henok Ayaumen (28) dengan sabar membimbing anak-anak dalam mengeja dan membaca.

Henok tidak memiliki fasilitas modern—hanya ada papan tulis sederhana di salah satu sudut ruangan—namun itu tak menjadi penghalang dia mengajar di rumah baca Sijo sejak 2021 lalu itu. Suasana yang tercipta antara Henok dan anak-anak begitu hangat. Meski terbatas, antusiasme mereka tetap membara.

“Rumah baca ini panggilan hati saya untuk generasi, sehingga mulai mendirikan rumah baca yang namanya Sijo,” kata Henok saat dihubungi Bisnis pada Minggu (29/9/2024).

Sosok yang kini berusia 28 tahun itu bertekad bulat memberantas buta aksara di kampungnya. Masalah serius yang tidak hanya di Papua namun di berbagai wilayah Indonesia lainnya. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, angka buta aksara untuk usia 15–59 tahun mencapai sebanyak 1,08% atau 1.958.659 orang. Provinsi Papua menjadi wilayah dengan tingkat buta aksara tertinggi untuk usia di atas 15 tahun dengan persentase mencapai 15,78% pada 2023.

Henok bercerita akses pendidikan di daerahnya memang terbilang masih terbatas. Saat dirinya mengemban bangku sekolah dasar (SD), dia harus berjalan kaki dari pukul 5 pagi untuk sampai ke sekolahnya dan belajar pada pukul 7 pagi. Dia harus melewati medan yang tidak biasa karena tinggal di daerah pegunungan. Sampai dirinya berkuliah di STKIP Muhammadiyah Manokwari pun, masih belum ada akses pendidikan yang dibangun di daerah dekat tempat tinggalnya.

“Saya melihat kondisi pendidikan di kampung saya, di sana tidak ada sekolah, sehingga anak-anak tidak bisa bersekolah. Sehingga tergerak lah untuk membangun rumah baca,” katanya.

Dengan tekad yang kuat, Henok memulai perjalanannya, meskipun banyak tantangan yang menghadang. Terutama dalam mendapatkan buku dan alat tulis, di mana bukan hal yang mudah di daerah terpencil tersebut, begitu juga dengan mengajak anak-anak yang sebelumnya tidak memiliki minat atau akses terhadap pendidikan formal.

“Dalam menjalankan rumah baca ini pasti ada suka dan duka yang djalani seperti alat tulis yang kurang dan tempat mengajar yang tidak memadai, dan banyak hal yang saya jalani,” kata Henok.

Rumah baca yang digagas Henok memang jauh dari kata mewah yang digelar di rumah hingga balai kampung. Selain itu, Henok juga mendapatkan bantuan dari komunitas suka baca untuk mendapatkan donasi buku dan alat tulis.

Empat tahun sejak rumah baca Sijo berdiri, hasilnya mulai tampak. Anak-anak yang awalnya buta aksara kini mampu membaca dan menulis. Murid Henok rata-rata berusia 6–16 tahun. Bahkan 10 anak sudah mengenyam bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan lainnya mendapatkan pendidikan formal di sekolah dasar (SD).

Tak hanya sampai disitu, rumah baca Sijo juga menjadi pembuka bagi anak-anak di Dugrimog untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih luas. Selang tiga bulan Sijo berdiri, sekolah darurat pun dibangun untuk anak-anak disana.

“Proses belajar mengajar di sekolah darurat berjalan pada pagi hari, lalu di sore hari mereka mendapatkan pendidikan informal tambahan di rumah baca,” katanya.

Atas dedikasi dan semangatnya dalam meningkatkan literasi di wilayahnya, Henok dianugerahi penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards pada 2023 dalam bidang pendidikan. Penghargaan tersebut diberikan Astra International bagi anak-anak muda di seluruh pelosok nusantara yang memiliki program pemberdayaan dan penggerak masyarakat di sekitarnya.

Apresiasi ini merupakan pengakuan atas perjuangan Henok yang tak kenal lelah dalam memberantas buta aksara dan membangun masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda di Pegunungan Arfak. Penghargaan ini bagi Henok bukan hanya miliknya, tetapi juga untuk semua anak-anak di Pegunungan Arfak yang kini memiliki harapan dan kesempatan untuk mengejar masa depan yang lebih cerah. Henok membuktikan bahwa langkah kecil, bisa membawa perubahan nyata bagi masyarakat. #LFAAPABiSNIS2024


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper