Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok militan Palestina, Hamas, meminta negara-negara mediator dalam perundingannya dengan Israel untuk menyajikan rencana berdasarkan pembicaraan sebelumnya ketimbang melakukan negosiasi baru untuk kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Permintaan terbaru ini mengisyaratkan Hamas kemungkinan tidak ikut serta dalam putaran perundingan baru yang sebelumnya direncanakan pada 15 Agustus 2024.
Mengutip Reuters pada Senin (12/8/2024), dalam sebuah pernyataan, Hamas menyebut telah meminta para mediator untuk menyampaikan rencana pelaksanaan yang telah disepakati oleh pada 2 Juli 2024, berdasarkan visi Presiden AS, Joe Biden, dan resolusi Dewan Keamanan PBB.
“Para mediator harus menegakkan hal ini terhadap pendudukan (Israel) daripada melakukan perundingan lebih lanjut atau proposal baru yang akan menutupi agresi pendudukan dan memberinya lebih banyak waktu untuk melanjutkan genosida terhadap rakyat kami,” kata pernyataan tersebut.
Hamas mengatakan pihaknya telah menunjukkan fleksibilitas selama proses perundingan. Namun, mereka menilai tindakan Israel, termasuk pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada akhir Juli lalu, menunjukkan mereka tidak serius untuk mencapai perjanjian gencatan senjata.
Adapun, hingga saat ini Israel tidak menyangkal atau mengaku bertanggung jawab atas insiden pembunuhan tersebut.
Baca Juga
Sementara itu, Israel menyatakan akan mengirimkan perundingnya untuk ambil bagian dalam pertemuan tersebut. Sebelumnya, Hamas sempat menyebut pihaknya sedang mempelajari tawaran tersebut.
Pekan lalu, para pemimpin Amerika Serikat, Mesir dan Qatar mendesak Israel dan Hamas bertemu untuk melakukan perundingan pada 15 Agustus di Kairo atau Doha untuk menyelesaikan gencatan senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.
Presiden Joe Biden memaparkan proposal gencatan senjata tiga fase dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei. Washington dan mediator regional sejak itu telah mencoba mengatur kesepakatan gencatan senjata di Gaza tetapi berulang kali menemui hambatan.
Potensi meluasnya perang di Timur Tengah kian meningkat setelah pembunuhan pemimpin Hamas di Iran dan pembunuhan komandan militer Hizbullah Fuad Shukr di Beirut. Kejadian-kejadian tersebut menimbulkan ancaman pembalasan terhadap Israel.
Israel melancarkan serangannya ke Gaza setelah pejuang Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Data dari pihak Israel menyebut, serangan tersebut menewaskan 1.200 orang yang sebagian besar merupakan warga sipil. Hamas juga disebut menyandera lebih dari 250 orang.
Sejak itu, hampir 40.000 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza, menurut kementerian kesehatan.