Bisnis.com, Seoul — Sebagaimana diketahui oleh publik, Korea Selatan dan Korea Utara telah bermusuhan sejak perang pada 1950.
Perang yang berlansung sampai dengan 1953 itu membuat keduanya terbelah sekalipun sama-sama bangsa Korea. Korea Selatan memilih memeluk demokrasi dan menjadi sebuah negara republik sedangkan Korea Utara menganut paham komunisme dengan kediktatorannya.
Meski kini keduanya tidak saling berperang dengan meluncurkan rudal, bukan berarti hubungan keduanya terjalin dengan harmonis. Sebab faktanya, kedua negara saling memantau kondisi geopolitik dan ekonomi.
Yonhap Agency, salah satu kantor berita yang dimiliki oleh Korea Selatan bahkan memiliki divisi khusus yang bertugas memantau segala pemberitaan yang tersiar di Korea Utara.
Adapun nama dari divisi tersebut adalah Biro Pemantau Korea Utara milik Yonhap. Tugas biro ini sehari-harinya adalah memantau perkembangan berita dari Pyongyang selama 24 jam. Selain melakukan pemantauan, divisi ini juga membuat laporan dan analisa terhadap hal-hal yang terjadi di negara musuh.
Kepala Biro Pemantauan Berita Korea Utara, Na Ki-Sung mengatakan tugasnya memantau kantor berita Korea Utara yang dikendalikan oleh rezim Kim Jong Un selama 24 jam.
Baca Juga
Adapun hal yang unik dan menarik adalah pemantauan itu dilandaskan atas azas kerja sama. Pasalnya Yonhap menandatangani pakta kerja sama bahwa mereka diperbolehkan memantau Korean Central News Agency milik Korea Utara.
"Kami melakukan kerja sama dengan mereka sehingga dapat melakukan pemantauan dan analisa. Sebaliknya mereka juga melakukan hal yang serupa kepada kami dan beberapa media lainnya," tegas Na Ki-Sung.
Na Ki-Sung menambahkan bahwa dalam sehari setidaknya mereka membuat 10-12 laporan mengenai perkembangan Korea Utara. Salah satu laporan teranyar yang adalah saat Kim Jong-un melakukan simulasi serangan nuklir pada pertengahan April lalu.