Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beda Metode Penentuan Syawal/Idulfitri NU dan Muhammadiyah

Berikut ini perbedaan penentuan awal bulan hijriah seperti Ramadan maupun Syawal antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)
Beda Metode Penentuan Syawal/Idulfitri NU dan Muhammadiyah. Siluet anggota tim Hisab Rukyat memantau hilal di Jakarta. Bisnis/Abdurachman
Beda Metode Penentuan Syawal/Idulfitri NU dan Muhammadiyah. Siluet anggota tim Hisab Rukyat memantau hilal di Jakarta. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Penentuan awal bulan hijriah seperti Ramadan maupun Syawal kerap terjadi perbedaan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) karena menggunakan metode yang berbeda. 

Pada tahun ini atau 1445 H/2024, nyatanya Muhammadiyah dan NU berpotensi menggelar perayaan Idulfitri pada waktu yang sama, yakni Rabu (10/4/2024). 

Adapun, pada dasarnya Nahdlatul Ulama dan pemerintah menggunakan metode imkan rukyat sementara Muhammadiyah menentukan awal bulan hijriah dengan wujudul hilal.

Lantas, apa perbedaan hisab NU dan Muhammadiyah?

NU

Imkan rukyat merupakan bagian dari metode hisab hakiki yaitu perhitungan astronomis terhadap posisi Bulan pada sore hari konjungsi (ijtimak). 

Dalam hal ini, ijtimak dapat dimaknai sebagai kondisi ketika bumi, bulan, dan matahari berada pada posisi garis bujur yang sama.

Dalam metode ini, penanggalan berbasis peredaran bulan disebut memasuki perhitungan baru bila pada sore hari ke-29 bulan kamariah berjalan saat matahari terbenam, bulan berada di atas ufuk dengan ketinggian sedemikian rupa yang memungkinkannya untuk dapat dilihat. 

Kriteria yang baru dari Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menetapkan sudut ketinggian bulan minimal 3 derajat dan elongasi minimal 3 derajat. 

Sementara di negara lain seperti Mesir sudut ketinggian hilal minimal 4 derajat, di komunitas Muslim Amerika minimal 15 derajat. Kriteria-kriteria ini hanya didasarkan pada kesepakatan belaka bukan alasan astronomis. 

Adapun berdasarkan data hisab, ijtimak terjadi pada Selasa, 29 Ramadan 1445H/9 April 2024 M, sekitar pukul 01.20 WIB. 

Sementara saat matahari terbenam, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia berada di atas ufuk antara 4° 52.71' (empat derajat lima puluh dua koma tujuh puluh satu menit) sampai dengan 7° 37.84' (tujuh derajat tiga puluh tujuh koma delapan puluh empat menit). 

Untuk sudut elongasi 8° 23.68' (delapan derajat dua puluh tiga koma enam puluh delapan menit) hingga 10° 12.94' (sepuluh derajat dua belas koma sembilan puluh empat menit).

Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan Idulfitri 1 Syawal 1445 H jatuh pada Rabu 10 April 2024. Keputusan tersebut berdasar Hisab Hakiki Wujudul Hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Berdasarkan data yang dikutip dalam Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H, tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 9 April 2024 M di Yogyakarta (-07° 48′ LS dan 2 = 110° 21′ BT) +06° 08′ 28″ (hilal sudah wujud), dan di Wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam Bulan berada di atas ufuk.

Metode Hisab Muhammadiyah dilakukan dengan kriteria wujudul hilal (antara arsi merah dan putih). 

Dalam metode wujudul hilal, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif. 

Pertama, telah terjadi ijtimak. Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Ketiga, pada saat matahari terbenam Bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk. 

Menjadikan keberadaan Bulan di atas ufuk saat matahari terbenam sebagai kriteria mulainya bulan baru merupakan abstraksi dari perintah-perintah rukyat dan penggenapan bulan tiga puluh hari bila hilal tidak terlihat. 

Sama seperti imkan rukyat, metode wujudul hilal juga bagian dari hisab hakiki. Jika posisi bulan sudah berada di atas ufuk pada saat terbenam matahari, seberapapun tingginya (meskipun hanya 0,1 derajat), maka esoknya adalah hari pertama bulan baru. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper