Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membagikan potret kebersamaannya dalam momen buka puasa bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan jajarannya dalam Kabinet Indonesia Maju.
Sebagaimana diketahui, momen tersebut menjadi bukber terakhir dalam kabinet periode kedua Jokowi, karena akan berakhir pada Oktober mendatang.
"Berbuka puasa bersama Presiden @jokowi dan Wakil Presiden @kyai_marufamin dan Kabinet Indonesia Maju. Hari Kamis, 28 Maret 2024 - 17 Ramadan 1445 H di Istana Negara," tulisnya dalam unggahan di akun pribadinya @smindrawati, Jumat (29/3/2024).
Sri Mulyani yang mengenakan baju coklat lengkap dengan pasmina putih yang disematkan di kepalanya, duduk bersebelahan dengan sang sahabat karib, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Sebelum berbuka, Wapres Ma'ruf Amin memberikan tausiyah mengenai hikmah puasa, yakni pengendalian diri dalam rangka menguji ketakwaan manusia.
Lebih lanjut, sama seperti masyarakat Indonesia pada umumnya, Jokowi bersama menteri-menterinya tersebut berbuka puasa dengan takjil berupa kolak dan kurma.
Baca Juga
Menu makanan berbuka terdiri dari nasi mandi, martabak, dimsum, dan pisang goreng.
Adapun, seiring dengan berakhirnya masa Kabinet Indonesia Maju, berakhir pula masa jabatan Sri Mulyani sebagai orang nomor 1 di Kementerian Keuangan.
Desas-desus nama pengganti Sri Mulyani juga bermunculan. Seperti Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, dan Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Royke Tumilaar.
Bahkan, para investor tengah menunggu sosok yang akan menggantikan Sri Mulyani.
Direktur Pelaksana untuk Strategi Makro Pasar Negara Berkembang di Global Data TS Lombard di London Jon Harrison Harrison mengungkapkan bahwa saat ini investor sedang mengamati dengan seksama pengumuman susunan kabinet Prabowo-Gibran di tengah spekulasi bahwa Sri Mulyani akan diganti.
"Dia [Sri Mulyani] sangat kredibel dan dihormati oleh pasar. Jadi, ada standar yang tinggi untuk sosok penggantinya," ujar Harrison, dikutip dari Bloomberg, Kamis (21/3/2024).
