Bisnis.com, SEMARANG - Kepala BMKG Indonesia, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan tentang fakta mengejutkan soal banjir di Semarang.
Menurutnya, ada satu fenomena yang membuat Semarang menjadi wilayah dengan efek paling parah. Padahal jika dilihat dari data, curah hujan di Semarang sama dengan di wilayah-wilayah terdekatnya.
Dwikorita mengatakan bahwa ada satu fenomena yang terjadi. Fenomena yang dimaksud dikenal dengan nama Madden Julian Oscillation (MJO) yang secara tidak langsung menyebabkan adanya bibit siklon.
Kemudian kondisi kedua adalah wilayah Semarang yang saat ini lebih rendah dari permukaan air laut.
Dua hal tersebut membuat Semarang seolah-olah menjadi wilayah paling terdampak atas hujan dan cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia belakangan ini.
"Banjir yang melanda Semarang kali ini karena efek fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) dan pengaruh tidak langsung adanya bibit siklon. Tapi, kenapa Semarang paling parah? Karena memang wilayah Semarang, dari hasil penelitian geologi, mengalami penurunan secara kontinu," katanya seperti dilansir dari situs BMKG.
Baca Juga
"Terutama di wilayah pesisir, lahannya memang daratnya itu lebih rendah dari muka air laut. Hal itulah yang menjadikan Semarang itu seakan-akan paling parah. Padahal pasokan hujannya sama dengan sekitarnya. Ini karena efek kondisi lahan setempat yang menurun," terang Dwikorita.
Sebagaimana diketahui, Semarang dikepung banjir sejak Rabu 13 Maret 2024. Bahkan, Stasiun Tawang dan beberapa sekolah tergenang banjir yang menyebabkan aktivitas di wilayah tersebut terdampak.
Di sisi lain, Kepala BPBD Kota Semarang, Endro P. Martanto, mengatakan beberapa titik sudah mengalami penurunan genangan. Namun sejumlah titik lainnya, kedalaman air ada yang masih 70-80 sentimeter (cm).
Namun demikian, BPBD Kota Semarang tak memerinci berapa jumlah anak balita, warga lansia, dan warga sakit yang dievakuasi Jumat dini hari ini. Ditegaskan, total sudah ada 623 orang yang berhasil dievakuasi sejak Kamis (14/3/2024) dini hari.