Bisnis.com, JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2023 untuk Indonesia yang stagnan menjadi cambuk bagi semua.
Transparency International Indonesia (TII) merilis bahwa Indeks Persepsi Korupsi Indonesia tahun 2023 pada hari, Selasa (30/1/2024 kemarin.
Hasilnya menunjukkan bahwa skor IPK Indonesia stagnan pada angka 34 seperti tahun sebelumnya, dan posisi atau rangkingnya turun dari 110 ke 115, dari 180 negara.
"Stagnasi Skor IPK tentu jadi cambuk bagi kita semua, bahwa upaya pemberantasan korupsi tidak cukup jika hanya dilakukan dengan 'biasa-biasa' saja," kata Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri kepada wartawan, dikutip Rabu (31/1/2024).
Ali mengatakan bahwa upaya pemberantasan korupsi membutuhkan komitmen konkret dan dukungan penuh dari semua elemen. Dia juga menyinggung kebutuhan terhadap penguatan regulasi untuk pemulihan aset melalui RUU Perampasan Aset serta perluasan lingkup Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
Juru Bicara KPK itu lalu menyebut lembaganya secara intensif melalui tugas koordinasi dan supervisi sekaligus upaya pencegahan ke seluruh instansi kementerian/lembaga hingga pengusaha.
Baca Juga
"Upaya-upaya pencegahan itu tentunya juga *tidak mengurangi intensitas upaya penindakan* sebagai intrumen penegakan hukum untuk memberikan efek jera bagi para pelaku tindak pidana korupsi," tutur Ali.
Sebagai informasi, skor IPK atau Corruption Perception Index (CPI) Indonesia 2023 stagnan. Posisinya di antara negara-negara Asean berada di bawah Timor Leste.
Sementara itu, posisi Indonesia berada di peringkat 6 di antara negara-negara Asean. Peringkat Indonesia berada di bawah Timor Leste yang menduduki peringkat ke 3. Skor CPI Timor Leste naik dari 42 pada 2022 menjadi 43 pada tahun ini.
Namun, TII mencatat bahwa perbandingan antara IPK RI dan Timor Leste sebenarnya tidak fair karena perbedaan jumlah indikator penilaian IPK.
"Di Indonesia ada 8 indikator dan Timor Leste hanya 4. Jadi agak tidak fair membandingkan Indonesia dan Timor Leste skornya," kata Deputi Sekretaris Jenderal TII Wawan Suyatmiko di Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Sementara itu, IPK atau CPI di Indonesia dibentuk dari delapan sumber data. Empat sumber data tercatat mengalami stagnasi yakni Global Insight, World Justice Project-Rule of Law Index, PERC Asia Risk Guide dan Economist Intelligence Unit.
Lalu, tiga sumber data mengalami kenaikan yaitu Bertelsmann Transformation Index, IMD World Competitiveness Yearbook dan Varieties of Democracy Project.