Bisnis.com, JAKARTA - Pertemuan OPEC+ yang diundur dalam beberapa hari hingga 30 November 2023 kini akan dilaksanakan secara daring (online).
Mengutip Bloomberg, Kamis (23/10/2023) keputusan tersebut diumumkan lewat situs webnya, ketika Arab Saudi dan para sekutu minyaknya berjuang dengan perselisihan mengenai kuota produksi untuk negara-negara anggotanya di Afrika.
Dengan adanya ketidaksepakatan tersebut, hal ini kemudian memaksa OPEC+ untuk menunda konferensi yang sudah dijadwalkan sebelumnya, sehingga menyebabkan minyak mentah anjlok sebanyak 4,9% menjadi di bawah US$80 per barel di London pada Rabu (22/11).
Sebelum penundaan tersebut, para pedagang minyak mengira bahwa Arab Saudi bersiap untuk mengumumkan perpanjangan pemangkasan sepihak sebesar 1 juta barel per hari untuk menopang harga yang goyah.
Tak hanya itu, ada juga beberapa prediksi bahwa Arab Saudi mengarahkan anggota lain untuk bergabung dengan pembatasan tambahan tersebut.
Perselisihan ini kemudian mengungkit kembali perselisihan yang terjadi pada Juni 2023, ketika Angola, Kongo, dan Nigeria didorong oleh Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, menerima pengurangan target produksi untuk tahun 2024.
Baca Juga
Eksportir Afrika juga telah berjuang dalam beberapa tahun terakhir dengan berkurangnya investasi, gangguan operasional dan ladang minyak yang telah menua.
Negara-negara tersebut dengan enggan menyetujui kuota baru dengan peringatan bahwa kuota tersebut akan direvisi lebih tinggi lagi jika audit eksternal oleh tiga perusahaan membuktikan bahwa kapasitas mereka lebih besar.
Ketiga perusahaan yang dimaksud adalah Rystad Energy A/S, Wood Mackenzie Ltd. dan IHS.
Namun, kata para pejabat mengungkapkan penilaian tersebut sudah diserahkan, namun ketiganya menolak temuan-temuannya.
Berdasarkan catatan Bisnis, harga minyak jatuh hampir 1% dalam sesi yang bergejolak pada perdagangan Rabu (22/11) waktu setempat, karena produsen OPEC+ secara tak terduga menunda pertemuan mengenai pengurangan produksi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang pasokan minyak mentah global.
Menurut analis dan sumber OPEC+, pertemuan tersebut diperkirakan akan mempertimbangkan perubahan lebih lanjut terhadap kesepakatan yang sudah membatasi pasokan hingga tahun 2024.