Bisnis.com, JAKARTA - UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) berupaya selalu mendorong pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Hijau di Indonesia melalui pengembangan kapasitas dan kapabilitas pelaku usaha.
Hal tersebut diungkapkan Kepala UKM Center FEB UI, Zahra K. N. Murad, Ph.D. Menurutnya, saat ini sudah banyak pelaku UMKM yang mendengar konsep UMKM Hijau, namun belum mengetahui bagaimana mewujudkan usaha berkelanjutan tersebut.
Seperti diketahui, UMKM Hijau adalah konsep di mana pelaku UMKM berusaha menjaga keseimbangan dan kesinambungan bisnis dengan pendekatan berkelanjutan secara lingkungan.
“Karena sebenarnya pemerintah saat ini sangat memberikan perhatian untuk UMKM Hijau. Untuk itu kami UKM Center sebagai salah satu lembaga Unit Kerja Khusus (UKK) di FEB UI juga ingin mencoba memberikan sedikit banyak pengetahuan lebih untuk para mitra binaan dan UMKM di Indonesia terkait hal tersebut. Sehingga ke depan dapat mewujudkan usaha yang berkelanjutan,” ujarnya, dikutip dari siaran pers, Sabtu (18/11/2023).
Hal itu diungkapkan Zahra di acara diskusi Bedah UKM dalam rangka Dies Natalis ke-73 FEB UI dengan tema Peluang Pasar dan Akses Pembiayaan untuk UMKM Hijau, yang telah digelar belum lama ini. Dalam acara ini hadir pula pemateri dari Dirjen Pembiayaan Pertanian Kementerian Pertanian, Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, serta Departemen Inkubasi Bisnis dan Manajemen Stakeholder Bank BNI.
Menurut Zahra, UKM Center ingin berkontribusi memberikan solusi menyeluruh terhadap isu-isu pemberdayaan UMKM dan pengembangan kewirausahaan termasuk terkait UMKM Hijau dalam konsep besar pembangunan berkelanjutan yang mengacu pada Sustainable Development Goals (SDG).
Baca Juga
Untuk itu, acara Bedah UKM ini juga turut mengundang akademisi, pemangku kepentingan dan pelaku usaha untuk berbagi perspektif mereka terkait praktik dan arah kebijakan transformasi UMKM Hijau. Berbagai topik seperti urgensi dan strategi pengembangan UMKM Hijau, peluang dan tantangan, hingga kesempatan pembiayaan usaha yang terbuka lebar bagi UMKM Hijau menjadi bahan paparan dan diskusi hingga akhir acara.
Melalui kegiatan ini, diharapkan mitra binaan UKM Center maupun UMKM lainnya di Indonesia dapat berkesinambungan dengan pemerintah, untuk meningkatkan transformasi dan pengembangan UMKM Hijau di tanah air.
“Tujuan kami adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dari UMKM yang berada dalam mitra binaan kami dan juga seluruh UMKM di Indonesia. Isu UMKM Hijau memiliki urgensi karena saat ini segala segmen usaha diarahkan untuk menciptakan keseimbangan dalam bisnis yang berkelanjutan,” tambah Zahra.
Pihaknya juga merilis hasil riset terkait praktik UMKM Hijau yang diperoleh dari mini survei terhadap pelaku UMKM yang hadir di acara Bedah UKM. Survei ini merupakan langkah awal dalam memetakan perilaku pelaku UMKM dalam transformasi menuju UMKM Hijau.
Berdasarkan survei kepada 77 pelaku UMKM, hasil menunjukkan bahwa sebesar 78% diantaranya sudah memiliki rencana praktik ramah lingkungan, dan 79% responden juga mengaku sudah mematuhi hukum lingkungan. Selain itu, lebih dari 80% responden juga sudah menerapkan program pemilahan sampah dan menggunakan bahan baku produksi ramah lingkungan. Kendati demikian, hanya 1 dari 10 responden yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan.
Meskipun demikian, pelaku UMKM mengaku terkadang menghadapi kesulitan dalam melakukan transformasi menuju UMKM Hijau. Adapun tiga hal utama yang menjadi tantangan adalah tidak adanya ide produksi, kesulitan mendapat keuntungan, dan kesulitan untuk melakukan proses produksi barang ramah lingkungan. Terkait hal ini, hasil survei juga menunjukkan bahwa kebutuhan yang paling penting dalam transformasi menuju UMKM Hijau meliputi inovasi dan teknologi, dukungan kebijakan pemerintah, dan akses terhadap pembiayaan.
Respon dari pelaku UMKM terhadap praktik UMKM Hijau tentunya turut dipengaruhi oleh profil responden yang merupakan mitra binaan dari UKM Center. Para mitra binaan ini sudah seringkali mengikuti proses pendampingan dari UKM Center untuk meningkatkan kapasitas bisnisnya, misalnya kurasi produk, pemasaran, digitalisasi, dan lain-lain. Pelaku UMKM ini juga sering mendapatkan dukungan dari berbagai stakeholder, baik dari pihak pemerintah maupun swasta melalui program pendampingan UKM Center. Pelaku UMKM yang hadir juga mayoritas berdomisili di wilayah Depok dan sekitarnya. Untuk itu, diperlukan kajian lanjutan yang lebih komprehensif untuk memetakan perilaku UMKM Hijau secara umum, yang mungkin berbeda dengan temuan riset UKM Center.
“Untuk itu kami mengadakan acara seperti ini. Sebagai edukasi, yang memang tujuannya untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Upaya ini pun harus berkesinambungan dan melibatkan seluruh stakeholders sehingga pelaku UMKM ini semakin sadar untuk mengarah pada UMKM Hijau,” ujar Zahra.
Adapun saat ini UKM Center FEB UI telah memiliki lebih dari 6.000 mitra binaan dan lebih dari 1.000 mitra kerja. Dalam pemberdayaan, pengembangan kapabilitas dan kapasitas UMKM, UKM Center melakukan tiga kegiatan utama yaitu kajian dan riset, pelatihan dan pendampingan, serta advokasi bisnis.