Bisnis.com, JAKARTA - Hamas secara resmi dikenal sebagai Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah, didirikan pada akhir tahun 1987 selama Intifada Pertama di wilayah Palestina.
Hamas adalah organisasi politik dan militer berideologi nasionalis yang bertujuan untuk memerdekakan Palestina dan mendirikan negara Islam di wilayah tersebut.
Hamas muncul sebagai hasil dari perlawanan terhadap pendudukan Israel dan memiliki akar dalam gerakan Ikhwanul Muslimin.
Salah satu tokoh utama yang mendirikan Hamas adalah Sheikh Ahmed Yasin. Hamas telah terlibat dalam berbagai konflik dan perlawanan terhadap Israel sejak berdiri, dan organisasi ini memiliki sayap militer yang dikenal dengan Brigade Izz al-Din al-Qassam.
Sejarah Awal Mula Berdirinya HAMAS di Palestina
HAMAS dibentuk pada akhir tahun 1987 pada awal intifada (pemberontakan) Palestina yang pertama. Akarnya berasal dari Ikhwanul Muslimin cabang Palestina, dan didukung oleh struktur sosiopolitik yang kuat di wilayah Palestina.
Piagam kelompok tersebut menyerukan pembentukan negara Islam Palestina menggantikan Israel dan menolak semua perjanjian yang dibuat antara Palestine Liberation Organization PLO dan Israel. Kekuatan HAMAS terkonsentrasi di Jalur Gaza dan wilayah Tepi Barat.
Baca Juga
Sayap Militer Hamas
HAMAS memiliki sayap militer yang dikenal sebagai Brigade Izz al-Din al-Qassam yang telah melakukan banyak serangan anti-Israel di Israel dan wilayah Palestina sejak tahun 1990an.
Serangan-serangan ini termasuk pemboman skala besar terhadap sasaran sipil Israel, serangan senjata kecil, bahan peledak rakitan di pinggir jalan, dan serangan roket.
Kelompok ini pada awal tahun 2006 memenangkan pemilihan legislatif di wilayah Palestina, mengakhiri kekuasaan partai sekuler Fatah di Otoritas Palestina dan menantang kepemimpinan Fatah dalam gerakan nasionalis Palestina.
HAMAS terus menolak untuk menghentikan perlawanan dengan kekerasan terhadap Israel dan pada awal tahun 2008 melakukan bom bunuh diri, menewaskan satu warga sipil, serta sejumlah serangan roket dan mortir yang melukai warga sipil
HAMAS pada bulan Juni 2008 menandatangani perjanjian enam bulan dengan Israel yang secara signifikan mengurangi serangan roket. Setelah ketenangan sementara, HAMAS melanjutkan serangan roketnya, yang memicu operasi militer besar-besaran Israel pada akhir Desember 2008. Setelah menghancurkan sebagian besar infrastruktur HAMAS di Jalur Gaza, Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak pada 18 Januari 2009.
HAMAS dan Fatah pada bulan April 2011 sepakat untuk membentuk pemerintahan sementara dan menyelenggarakan pemilu, menegaskan kembali janji ini pada bulan Februari 2012. HAMAS meninggalkan markas besar politiknya di Damaskus pada bulan Februari dan menyebar ke seluruh wilayah seiring dengan tindakan keras Presiden Suriah Bashar al-Asad terhadap oposisi di negara tersebut membuat kelompok tersebut tidak bisa bertahan di Suriah.
Pada Mei 2012, HAMAS mengklaim telah membentuk pasukan berkekuatan 300 orang untuk mencegah kelompok perlawanan Palestina lainnya menembakkan roket ke Israel. Konflik kembali terjadi pada bulan November. Meskipun HAMAS telah berupaya mempertahankan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir yang mengakhiri konflik selama seminggu, kelompok militan Palestina lainnya mengabaikan gencatan senjata tersebut dengan serangan roket sporadis sepanjang tahun 2013 dan 2014.
Fatah dan HAMAS pada bulan April 2014 sepakat untuk membentuk sebuah negara teknokratis. Ppmerintahan persatuan yang dipimpin oleh Perdana Menteri PA Rami Hamdallah dan akan mengadakan pemilihan legislatif dalam waktu enam bulan. HAMAS belum mengumumkan perlawanan dengan kekerasan terhadap Israel bahkan ketika mengupayakan rekonsiliasi dengan Fatah.
Pada bulan Juli 2014, ketegangan yang tidak menentu antara HAMAS dan Israel benar-benar pecah setelah tiga remaja Israel diculik dan dibunuh di Tepi Barat pada bulan Juni—kematian yang dianggap disebabkan oleh Israel oleh HAMAS—dan seorang warga Palestina dibunuh oleh pemukim Israel sebagai balas dendam. Serangan roket balasan oleh sayap militer HAMAS dan militan Palestina lainnya di Jalur Gaza meningkat menjadi konflik terpanjang dan paling mematikan dengan Israel sejak tahun 2009.
Kemudian serangan Hamas dengan nama Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu (7/10), menjadi pedanda semakin runcingnya konflik antara Israel dan Palestina. Serangan tersebut meluncurkan 5.000 roket ke wilayah Israel. Operasi ini dibalas oleh Israel dengan Operasi Pedang Besok dengan membombardir wilayah Palestina di jalur Gaza.