Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perekonomian Argentina Sergio Massa telah melampaui ekspektasi dengan memenangkan lebih dari 36% suara dalam pemilihan presiden (Pilpres) Argentina 2023, pada Minggu (22/10/2023).
Hasil perhitungan surat suara, tidak ada kandidat yang memperoleh lebih dari 45% suara, yakni ambang batas untuk terpilih.
Oleh karena itu, dia bersaing dengan kandidat sayap kanan Javier Milei, kandidat terdepan dalam jajak pendapat sebelum pemungutan suara. Dia meraih 30% suara melampaui perolehan suara rivalnya yang beraliran kiri.
Melansir BBC, banyak lembaga survei yakin para pemilih akan “menghukum” Massa karena memimpin krisis keuangan. Inflasi di Argentina mendekati 140%.
Warga Argentina harus memilih di antara keduanya dalam pemungutan suara lanjutan yang dijadwalkan pada 19 November 2023. Adapun jumlah pemilih pada Pilpres 2023 sebesar 74%, menurut media lokal, pada Minggu (22/10/2023).
Jajak pendapat pra-pemilu Argentina tidak akurat, dan gagal memprediksi kemenangan Milei dalam pemilihan pendahuluan pada Agustus lalu.
Baca Juga
Argentina mengalami peningkatan dukungan terhadap politisi sayap kanan yang berjanji akan menghapuskan bank sentral dan mengganti peso Argentina dengan dolar Amerika Serikat (AS).
Selain menjanjikan perubahan dalam kebijakan ekonomi, Milei juga berkampanye untuk mengurangi kantor pemerintah yang menurutnya akan mengurangi birokrasi di pemerintahan.
Massa dan mantan Menteri Keamanan Patricia Bullrich, merupakan lawan utama Milei menjelang pemungutan suara. Pasangan ini adalah dua tokoh penting dalam koalisi tradisional Argentina.
Massa memfokuskan sebagian besar kampanyenya dalam membela kredibilitas sosial dan buruh gerakan Peronis.
Pria berusia 51 tahun ini bersikeras bahwa langkah-langkah penghematan yang dilakukan oleh pemerintahannya adalah akibat dari utang IMF yang dipenuhi oleh pemerintahan sayap kanan-tengah sebelumnya.
Penghitungan sebagian menunjukkan bahwa 23,8% suara diberikan kepada Bullrich dari sayap kanan, yang berjanji untuk memulihkan ketertiban di negara tersebut. Dia menjabat sebagai menteri keamanan antara 2015 dan 2019 pada masa kepemimpinan sayap kanan-tengah Buenos Aires.
Berbicara kepada para pendukungnya setelah kekalahannya, Bullrich mengatakan populisme telah memiskinkan negara.
"Saya tidak akan memberi selamat kepada siapa pun yang kembali berkuasa, yang telah menjadi bagian dari pemerintahan terburuk dalam sejarah Argentina," katanya, mengacu pada kinerja Massa.
Adapun di belakang ketiga kandidat tersebut adalah politisi Juan Schiaretti dan Myriam Bregman.
Perubahan yang mengejutkan ini menempatkan Massa pada posisi pertama, meskipun ada asumsi dari banyak orang bahwa Milei akan menjadi bintang pertunjukan.
Hasil yang tidak dapat diprediksi ini menyebabkan ketidakpastian selama 4 pekan lagi hingga putaran kedua pada 19 November, yang merupakan masa sulit bagi perekonomian.
Namun, yang pasti adalah bahwa siapapun yang memenangkan pilpres akan mempunyai tugas besar, memenangkan hati negara yang sudah muak dengan politik, yang dipenuhi dengan masyarakat yang sangat menginginkan kehidupan yang lebih baik.
Milei mengatakan kepada para pendukungnya bahwa telah menyaksikan pemilu paling penting dalam 100 tahun terakhir, dan menambahkan bahwa pemungutan suara kemarin adalah "bersejarah" karena rakyat Argentina memilih perubahan.
Benjamin Gedan dari Wilson Center sebuah wadah pemikir di Washington DC menanggapi hasil pemilu, bahwa rakyat Argentina sangat menderita dalam beberapa tahun terakhir.