Bisnis.com, JAKARTA - Sanksi embargo senjata yang diberlakukan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Iran berakhir pada 18 Oktober 2023. Berakhirnya sanksi ini mengundang kekhawatiran dari negara-negara Barat terhadap program rudal Iran yang dinilai dapat meningkatkan ketegangan regional, seperti konflik Ukraina.
Mengutip Reuters, Kamis (19/10/2023), Uni Eropa berencana untuk bergabung dengan Amerika Serikat dalam mempertahankan sanksi-sanksi terhadap program rudal balistik Iran setelah sanksi PBB berakhir.
Sejumlah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa ada tiga alasan untuk hal ini, antara lain penggunaan pesawat tanpa awak atau drone Iran oleh Rusia terhadap Ukraina, kemungkinan bahwa Iran akan mentransfer rudal balistik ke Rusia, dan perlunya mencabut manfaat kesepakatan nuklir Iran, yang dilanggarnya setelah AS menarik diri.
Rusia menyatakan bahwa transfer teknologi rudal ke Iran tidak lagi memerlukan persetujuan Dewan Keamanan PBB seiring berakhirnya sanksi PBB.
"Pasokan ke dan dari Iran untuk produk-produk yang termasuk dalam Rezim Pengendalian Teknologi Rudal tidak lagi memerlukan persetujuan sebelumnya dari Dewan Keamanan PBB," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan pada Selasa (17/10/2023).
Pembatasan tersebut ditetapkan dalam Resolusi 2231 tahun 2015 yang mendukung kesepakatan di mana Inggris, China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Rusia, dan AS menghapus sanksi terhadap Iran sebagai imbalan bagi Teheran untuk mengekang program nuklirnya.
Baca Juga
Pada 2018, Presiden Donald Trump menarik AS dari kesepakatan yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) sehingga sanksi-sanksi AS secara sepihak tetap berlaku, dan Iran kemudian mempercepat program nuklirnya yang diklaim murni untuk tujuan damai.
Dengan gagalnya kesepakatan tersebut, sanksi PBB yang dimaksudkan untuk mencegah Iran mengembangkan rudal balistik berkemampuan nuklir jarak jauh kembali berlaku. Namun, sanksi-sanksi tersebut dijadwalkan berakhir pada 18 Oktober 2023.
Rusia semakin dekat dengan Iran sejak menginvasi Ukraina pada Februari 2022 dan dijauhi oleh Barat. Banyak dari ratusan pesawat tak berawak yang digunakan untuk mengebom Ukraina pada tahun lalu diyakini dibuat di Iran.
Sementara itu, pada Rabu (18/10/2023), AS mengambil serangkaian langkah untuk memberi isyarat bahwa program rudal Iran akan tetap dibatasi setelah berakhirnya sanksi Dewan Keamanan PBB dan untuk mengekang pengiriman drone Iran ke Rusia.
Upaya AS untuk membatasi program rudal dan drone Iran terjadi di tengah kritik AS terhadap Teheran karena mendukung Hamas, yang melancarkan serangan pada 7 Oktober terhadap komunitas di Israel selatan yang menewaskan sedikitnya 1.300 orang.
Amerika Serikat mengeluarkan sanksi baru terhadap individu dan perusahaan yang berbasis di Iran, Hong Kong, China, dan Venezuela karena mengaktifkan program rudal balistik dan drone Iran.
Departemen Keuangan AS menyatakan, sanksi tersebut menargetkan mereka yang telah mendukung Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan kementerian pertahanan dalam produksi dan proliferasi rudal dan drone.
"Pilihan ceroboh Iran untuk melanjutkan proliferasi UAV destruktif dan senjata lainnya memperpanjang berbagai konflik di berbagai wilayah di seluruh dunia," kata Brian Nelson, Wakil Menteri Intelijen Terorisme dan Keuangan AS.