Bisnis.com, SOLO - MK akan mengumumkan batasan usia Capres dan Cawapres hari ini, Senin 16 Oktober 2023. Dilansir dari Twitter resmi MK, banyak kritik dan saran yang diberikan netizen kepada Makamah Konstitusi tersebut.
Beberapa di antaranya bahkan menolak adanya Dinasti Politik. Poster dan hashtag #TolakDinastiPolitik pun bertebaran di kolom komentar Twitter MK.
Bukan hanya Dinasti Politik, sebutan MK sebagai Makamah Keluarga pun ramai menjadi bahasan di media sosial.
Sebagai informasi, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman merupakan adik ipar dari Presiden Joko Widodo. Anwar Usman menikahi adik Jokowi yang bernama Idayati.
Diketahui MK akan memutus gugatan soal batas usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Nama Gibran sering dikaitkan dengan gugatan ini usai namanya santer didukung sebagai cawapres Prabowo Subianto.
Baca Juga
Wali Kota Solo kemudian menanggapi plesetan tersebut dengan santai. "Itu (sebutan Mahkamah Keluarga) biar warga yang menilai," kata Gibran di Balai Kota Solo, Kamis (12/10/2023).
Di tengah banyaknya plesetan yang membentuk gelombang protes di kalangan netizen tersebut, warganet menyinggung contoh kekhalifahan Umar Bin Khattab dalam mendidik keluarganya.
Menurut mereka, Umar pernah mengatakan bahwa dirinya melarang anaknya menjadi khalifah atau pejabat seperti dirinya.
Kisah Umat Bin Khattab larang anaknya jadi pejabat...
Kisah Umat Bin Khattab larang anaknya jadi pejabat
Dalam sejarah Islam, Umar bin Khattab adalah salah satu Khulafaur Rasyidin dan sahabat utama Nabi Muhammad SAW.
Umar sempat menjabat sebagai Khalifah pada 634-644, setelah wafatnya Abu Bakar. Di bawah kepemimpinan Umar, umat Islam berkembang menjadi salah satu kekuatan baru di wilayah Timur Tengah.
Umar memiliki anak laki-laki yang gagah perkasa seperti dirinya, anak tersebut bernama Abdullah Bin Umar.
Pada suatu ketika, saat Umar dalam kondisi sekarat setelah ditikam seorang budak Persia, Umar memberikan wejangan kepada rakyatnya tentang siapa yang akan menggantikan posisinya sebagai Khalifah.
Salah satu arahan itu adalah, dia melarang anak-anaknya menjadi pejabat dan khalifah.
Padahal, beberapa kaum Muslimin yang hadir mendengar arahan Umar itu, menyarankan kepada Umar bin Khattab untuk memilih anaknya, Abdullah bin Umar sebagai penggantinya.
"Tidak ada kaum keturunan Al Khattab hendak mengambil pangkat khalifah ini untuk mereka, Abdullah tidak akan turut memperebutkan pangkat ini," kata Umar menurut sejarah.
Bukan hanya sekali, Umar Bin Khattab bahkan berkali-kali mengatakan kepada anaknya bahwa jangan sekali-sekali berpikir untuk menduduki jabatan seperti ayahnya itu.
Wasiat dari ayahnya ini, dipatuhi oleh Abdullah bin Umar. Sehingga, sampai kepada masa perebutan khalifah di antara Ali dan Muawiyah, Abdullah menjadi sosok yang netral.
Umar Bin Khattab melakukan ini untuk menjaga integritasnya sebagai seorang pemimpin.
Referensi:
Sejarah Umat Islam / Prof Hamka (Buya Hamka)
Siregar, Bismar. (2008). Surat-surat Kepada Pemimpin, Bisikan Hati Seorang Mantan Hakim Agung. Jakarta: Granit.