Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPR: Asean Perlu Berpikir Komprehensif Dalam Permasalahan Laut China Selatan

Sikap Asean menjadi sangat penting dalam upaya penyelesaian masalah di Laut Natuna Utara alias Laut China Selatan.
Kapal Angkatan Laut Filipina, BRP Sierra Madre, yang sudah kandas sejak tahun 1999, terlihat di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly, di Laut China Selatan./Reuters
Kapal Angkatan Laut Filipina, BRP Sierra Madre, yang sudah kandas sejak tahun 1999, terlihat di Second Thomas Shoal yang disengketakan, bagian dari Kepulauan Spratly, di Laut China Selatan./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera mengatakan bahwa Asean harus berpikir komprehensif dalam penyelesaian masalah di Laut Natuna Utara atau Laut China Selatan

Menurutnya, permasalahan Laut China Selatan perlu diselesaikan karena menjadi isu berskala global. 

"Bukan hanya Asean dan China, namun Amerika Serikat punya kebijakan terkait LCS. Karena itu, Asean perlu berpikir komprehensif menyelesaikan masalah ini," ujar Mardani, yang dikutip dari keterangan resmi DPR RI, Minggu (3/8/2023). 

Menurutnya, Asean perlu memiliki sikap dasar dalam menghadapi permasalahan Laut China Selatan, yakni dalam menghargai kebijakan teritori setiap negara anggotanya. Namun dipersilakan jika ada negara yang ingin membangun komunikasi bilateral. 

Tak hanya itu, menurutnya Asean juga perlu menggunakan semua modal politik dan sosial dengan mengajak pihak lain untuk memperkuat posisi Asean. 

Mardani juga menilai bahwa Indonesia, selaku negara yang memegang keketuaan Asean 2023, perlu lebih aktif mengajukan proposal dengan Asean tingkat regional, dalam menyelesaikan masalah tersebut dan secara bilateral dengan negara terkait. 

Negara Asean sendiri menyambut inisiatif untuk mempercepat perundingan panduan tata perilaku (code of conduct/CoC) di Laut China Selatan. 

Setelah KTT ke-42 Asean dihelat, para pemimpin Asean lewat Chair’s Statement menekankan pentingnya menjaga situasi yang kondusif selama perundingan CoC, dan mendorong langkah-langkah yang bisa mengurangi ketegangan. 

Sebelumnya, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina dan Vietnam diketahui terlibat sengketa klaim atas permasalahan tersebut dengan China. Asean kemudian melibatkan China dalam menyusun CoC, yang akan menjadi pedoman perilaku. 

CoC sendiri mencatat kemajuan melalui penyelenggaraan Pertemuan Ke-38 Kelompok Kerja Bersama ASEAN-China tentang Implementasi Deklarasi Perilaku (JWG-DOC) pada 8-10 Maret 2023 di Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper