Bisnis.com, JAKARTA — Badan Energi Atom Internasional atau IAEA tengah menaruh perhatian khusus kepada pembuangan limbah nuklir Jepang ke laut.
Dilansir dari Antara Senin (28/8/2023), IAEA tengah melakukan pengumpulan sampel secara independen dan berjanji akan terus memonitor proses pembuangan air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima di Jepang ke laut.
Dalam cuitannya di media sosial X, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi melaporkan bahwa mereka telah melakukan verifikasi. Menurut kesimpulan, kadar tritium dalam air limbah yang dilepaskan ke laut jauh di bawah batas operasional.
Kesimpulan itu didapat berdasarkan pengambilan sampel terbaru di Fukushima Daiichi.
"Kami akan melanjutkan pengambilan sampel dan pemantauan independen hingga [prosesnya] selesai,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa IAEA akan melakukan pemantauan secara berkelanjutan di PLTN tersebut sampai seluruh proses pembuangan air limbah radioaktif selesai.
Baca Juga
“Hari ini saya menegaskan kembali kepada Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa bahwa kami akan berada di sana sampai tetes terakhir habis," jelasnya.
Pada Juli 2023, IAEA mengatakan dampak radiologi terhadap manusia dan lingkungan dalam proses pelepasan limbah nuklir dari Fukushima dapat diabaikan.
Kendati demikian, pernyataan tersebut tidak serta merta mendukung keputusan pemerintah Jepang — yang mengundang kritik dan kecaman dari berbagai negara — terutama yang bertetangga dan berbatasan langsung dengan Tokyo.
Jepang mengabaikan penolakan dari komunitas nelayan lokal dan China dengan mulai membuang air limbah nuklir dari PLTN Fukushima pada 24 Agustus 2023.
Pada tahap pertama, operator Tokyo Electric Power Company (TEPCO) akan mengencerkan sekitar 7.800 ton air olahan dengan air laut, dan air encer tersebut akan dikeluarkan selama 17 hari berturut-turut. TEPCO telah mengisi fasilitas, yang disebut poros pembuangan vertikal, dengan air yang telah diolah dan diencerkan.
Setiap ton air yang diolah dicampur dengan sekitar 1.200 ton air laut. Terdapat sekitar 1,3 juta ton air olahan di kompleks TEPCO. Operator kehabisan kapasitas penyimpanan sehingga memaksa Jepang membuang air tersebut ke laut.