Bisnis.com, JAKARTA – Agen Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) bertemu dengan polisi dan jaksa Ekuador pada hari Minggu (13/8/2023) sebagai bagian upaya bersama untuk mengungkap siapa yang berada di balik pembunuhan calon presiden Fernando Villavicencio pekan lalu.
Pembunuhan pria berusia 59 tahun itu pada hari-hari terakhir kampanyenya sangat mengejutkan Ekuador. Negara di Amerika Selatan yang berpenduduk 18 juta jiwa itu memiliki tingkat kejahatan dengan kekerasan, biasanya dipicu oleh geng-geng kriminal transnasional, yang meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Calon Presiden Ekuador, Fernando Villavicencio, merupakan mantan anggota parlemen dan jurnalis investigasi yang memiliki rekam jejak dalam membongkar korupsi. Dirinya berulang kali mengatakan bahwa ia tidak takut pada geng-geng tersebut meskipun menerima ancaman.
Melansir Reuters, Senin (14/8/2023), Menteri Dalam Negeri Ekuador Juan Zapata mengatakan kepada para wartawan bahwa tim FBI telah bertemu dengan para pemimpin polisi dan dalam beberapa jam ke depan akan bertemu dengan para jaksa penuntut dari kantor kejaksaan agung yang memimpin investigasi atas pembunuhan Villavicencio.
Enam warga negara Kolombia telah didakwa atas pembunuhan tersebut dan masih ditahan, sementara satu tersangka lainnya tewas setelah terjadi baku tembak tak lama setelah pembunuhan. Polisi menuduh warga Kolombia tersebut memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok kriminal.
Villavicencio adalah salah satu dari delapan kandidat yang berkampanye di negara Andes untuk mendapatkan suara menjelang pemilihan 20 Agustus.
Baca Juga
Presiden Guillermo Lasso yang akan habis masa jabatannya meminta bantuan FBI dalam kasus ini pada hari Kamis, sehari setelah Villavicencio ditembak beberapa kali ketika ia masuk ke dalam mobil yang dikelilingi oleh sekelompok kecil orang yang terdiri dari para pengawalnya yang disediakan oleh pemerintah.
Sebelumnya pada hari Minggu, para pemimpin partai Build, atau Construye bahasa Spanyol, mengumumkan bahwa mereka sekarang akan memilih Christian Zurita untuk menggantikan Villavicencio sebagai kandidat pengganti.
Zurita juga merupakan seorang jurnalis yang di masa lalu pernah bekerja sama dengan Villavicencio. Pencalonannya masih harus disetujui oleh dewan pemilihan nasional.
"Kami akan mencoba meniru kemampuannya [Villavicencio] dan kami akan mencoba meniru namanya," kata Zurita dalam sebuah konferensi pers, sambil mengenakan rompi anti-peluru.
Ia menegaskan bahwa ia tidak akan bernegosiasi dengan "mafia mana pun."
Meskipun surat suara untuk pemilu telah dicetak sebelum pembunuhan Villavicencio, suara untuknya secara otomatis akan dialihkan ke penggantinya.