Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin pertahanan di Afrika Barat telah menyusun rencana aksi militer jika kudeta di Niger tidak dibatalkan pada hari Minggu (6/8/2023), kata blok regional tersebut pada hari Jumat (4/8/2023), setelah mediasi gagal dalam krisis yang mengancam keamanan regional dan telah menarik kekuatan global.
Melansir Reuters, Sabtu (5/8/2023), Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah memberi waktu kepada pemimpin kudeta di Niger hingga Minggu (6/8/2023) untuk mundur dan mengembalikan Presiden terpilih Mohamed Bazoum.
Blok tersebut telah mengambil sikap keras atas pengambilalihan kekuasaan pada pekan lalu, merupakan kudeta ketujuh di Afrika Barat dan Tengah sejak 2020.
Mengingat kekayaan uranium dan minyak serta peran penting dalam perang dengan pemberontak Islam di wilayah Sahel, Niger memiliki kepentingan strategis bagi Amerika Serikat (AS), China, Eropa, dan Rusia.
Pemerintah AS telah menghentikan program bantuan asing tertentu yang menguntungkan pemerintah Niger tetapi akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan makanan, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada hari Jumat (4/8/2023).
Di bawah rencana intervensi, keputusan kapan dan di mana akan menyerang akan dibuat oleh kepala negara dan tidak akan diungkapkan kepada komplotan kudeta, kata Abdel-Fatau Musah, komisioner ECOWAS untuk urusan politik, perdamaian dan keamanan.
"Semua elemen yang akan masuk ke dalam setiap intervensi akhir telah dikerjakan di sini, termasuk sumber daya yang dibutuhkan, bagaimana dan kapan kita akan mengerahkan pasukan," katanya pada penutupan pertemuan tiga hari di Ibu Kota Nigeria, Abuja.
Pilihan apa pun yang dipilih badan 15 negara itu berisiko konflik lebih lanjut di salah satu wilayah termiskin di dunia itu, karena kelompok-kelompok yang terkait dengan ISIS dan Al Qaeda tumbuh subur dalam kekacauan.