Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK tak terlalu khawatir elektabilitas bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan masih rendah meski Pilpres 2024 semakin dekat.
JK meyakini hasil survei tak bisa menggambarkan pilihan politik seluruh pemilih di Indonesia. Bagaimanapun, lanjutnya, sampel yang diambil lembaga survei hanya sekitar 1.200 orang.
"Pilihan dari pada 1.200 orang [sampel survei], dari pemilih 205 juta, itu tidak menggambarkan itu. Ada caranya, tapi saya kira pasti tidak terlalu akurat. Itu trennya saja seperti itu," jelas JK di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (31/7/2023).
Dia bahkan menyinggung soal Pilpres 2016 di Amerika Serikat (AS) yang dimenangkan oleh Donald Trump. Menurutnya, jelang pilpres 2016, Trump tak pernah diunggulkan dan hasil survei jarang menempatkannya di posisi pertama.
"Trump juga rendah sekali elektabilitasnya menurut peneliti, tapi Trump terpilih. Dulu banyak hal-hal begitu," ungkapnya.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga mencontohkan Pilkada DKI Jakarta 2017. Saat itu, elektabilitas Anies di banyak survei kerap berada di posisi ke-3, namun akhirnya terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Baca Juga
"Itu [Pilkada DKI Jakarta 2017] lebih kecil, kurang lebih 7 juta pemilih, diwakili 1.200 [sampel survei]. Apalagi 1.200 yang disurvei dengan jumlah pemilih 205 juta, itu kan tidak mudah membawa ke situ," ujar JK.
Sebagai informasi, JK kerap menampakkan kedekatannya dengan Anies Baswedan dan tokoh partai politik pendukung pencapresan Anies. Pada Mei lalu misalnya, JK menghadiri Milad ke-21 Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang merupakan salah satu partai pendukung Anies.
Saat itu, JK dan Anies memberikan pidato politik. Kedua kompak mengkritisi pembangunan jalan era Presiden Joko Widodo (Jokowi).