Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UPDATE 15 Juli, Korban Rusia dalam Perang di Ukraina Mencapai 237.180

Perang Rusia vs Ukraina hari ini, korban tentara Rusia dalam perang di Ukraina mencapai 237.180.
Prajurit Ukraina menembakkan howitzer D-20 ke arah pasukan Rusia di garis depan Kota Bakhmut, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di wilayah Donetsk, Ukraina 11 Juli 2023. REUTERS/Sofiia Gatilova
Prajurit Ukraina menembakkan howitzer D-20 ke arah pasukan Rusia di garis depan Kota Bakhmut, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di wilayah Donetsk, Ukraina 11 Juli 2023. REUTERS/Sofiia Gatilova

Bisnis.com, JAKARTA - Korban tentara Rusia terus berjatuhan hingga Sabtu (15/7/2023), Rusia telah kehilangan 237.180 tentara sejak invansi skala penuh pada Februari 2022

Menurut Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, jumlah tersebut termasuk 590 korban yang tercatat pada 14 Juli.

Rusia juga telah kehilangan berbagai alat tempur sejak invansi penuh di antaranya adalah 4.102 tank, 8.019 kendaraan tempur lapis baja.

Selain itu  7.036 kendaraan dan tangki bahan bakar, 4.463 sistem artileri, 680 sistem peluncuran roket ganda, 425 sistem pertahanan udara, 315 pesawat terbang, 310 helikopter, 3807 drone, dan 18 kapal.

Sementara itu, perusahaan layanan ladang minyak SLB mengumumkan pada 14 Juli bahwa mereka akan segera menghentikan semua pengiriman produk dan teknologinya dari fasilitasnya di seluruh dunia.

Perusahaan ini mengatakan larangan tersebut merupakan tanggapan terhadap meningkatnya sanksi internasional terhadap Rusia. Sebelumnya, SLB hanya membatasi pengiriman produknya dari AS, Inggris, Kanada, dan UE ke Rusia.

SLB, sebelumnya dikenal sebagai Schlumberger, adalah perusahaan pengeboran lepas pantai terbesar di dunia.

Perusahaan ini terus beroperasi di Rusia setelah invasi besar-besaran ke Ukraina pada tahun 2022, bahkan ketika raksasa minyak lainnya meninggalkan negara itu.

SLB menghadapi kritik karena terus bekerja di sektor minyak Rusia bahkan ketika keuntungan minyak Rusia digunakan untuk mendanai perang Putin di Ukraina. Perusahaan senilai $28 miliar itu diberi label "sponsor perang internasional".

Sekarang, SLB tidak akan lagi memasok ladang minyak Rusia dengan produk atau teknologi dari salah satu fasilitasnya di seluruh dunia. Dalam pengumuman mereka, SLB bergabung dengan "komunitas internasional dalam mengutuk dan menyerukan diakhirinya perang di Ukraina."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rendi Mahendra
Editor : Rendi Mahendra
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper