Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan pertemuan Asean Ministerial Meeting (AMM) and Post Ministerial Conference (PMC) akan membahas 8 poin penting terkait stabilitas, perdamaian dan ketahanan ekonomi kawasan.
Dia menjelaskan poin yang pertama, yaitu memperkuat prinsip di Asean Charter dan berbagai tata perilaku.
"Memperkuat penegakan prinsip-prinsip di Asean Charter dan berbagai tata perilaku seperti TAC, SEANWFZ, maupun AOIP guna terciptanya perdamaian, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran kawasan," katanya, saat memberi keterangan di Kemlu RI, pada Jumat (7/7/2023).
Kedua, memperkuat Confidence Building Measures (CBM) yaitu tindakan untuk mengurangi rasa takut akan serangan oleh kedua belah pihak dalam situasi konflik.
"Terus memperkuat Confidence Building Measures/CBM sambil mulai memperkuat preventive diplomacy," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa dalam kaitan ini akan mendorong supaya mekanisme China, Japan, Korea dapat direvitalisasi kembali. Menurutnya, mekanisme tersebut sangat penting sebagai upaya untuk stabilitas dan kemakmuran kawasan.
Baca Juga
Ketiga, mendorong Nuclear Weapon States (NWS), atau negara yang memiliki senjata nuklir. "Ketiga, mendorong Nuclear Weapon States (NWS) untuk aksesi Protokol Traktat SEANWFZ," tambahnya.
Lalu yang keempat, yaitu akan melakukan pembahasan mengenai penyelesaian ketegangan di Laut China Selatan. "Menyelesaikan Guidelines untuk mempercepat penyelesaian negosiasi Code of Conducts di Laut Cina Selatan," ujarnya.
Kelima, akan membahas penyelesaian pembentukan Asean Maritime Outlook. "Kelima menyelesaikan pembentukan Asean Maritime Outlook.
Outlook ini akan menjadi dokumen yang sangat strategis untuk memperkuat sinergi dan menghindari duplikasi kerjasama maritime, yang selama ini dilakukan oleh 12 badan sektoral Asean dan dan sebagai rujukan negara mitra dalam kerja sama maritim dengan Asean," katanya.
Keenam, membahas kerja sama konkret dalam rangka memperkuat ketahanan pangan, arsitektur kesehatan kawasan, penguatan kerja sama maritim dan transisi energi termasuk ekosistem kendaraan listrik.
"Hasil pembahasan dari berbagai isu ini akan disampaikan ke KTT ke-43 bulan September mendatang," katanya.
Ketujuh, untuk pertama kalinya implementasi Asean Outlook on the Indo Pacific diutamakan dalam pembicaraan dengan negara mitra, dengan fokus pada pembahasan kerjasama konkret.
"Asean siap melakukan kerja sama dengan mitra manapun dalam rangka implementasi AOIP dan ini tercermin dalam berbagai dokumen Asean dengan mitra baik di tingkat politis maupun tingkat teknis seperti pembuatan kerja sama yang konkret," ujarnya.
Selanjutnya, yang terakhir, kedelapan, untuk pertama kalinya juga Asean meng-engage IORA (Indian Ocean Rim Association) dan PIF (Forum Kepulauan Pasifik) sebagai bagian dari pelaksanaan AOIP untuk menjaga stabilitas dan perdamaian kawasan.
"Engagement dengan IORA dan PIF akan dilakukan pada KTT September nanti. Roadmap MoU kerja sama sekretariat antara Asean sekretariat dengan PIF sekretariat dan terus dimatangkan," ucapnya.