Bisnis.com, JAKARTA - Dua pemberi pinjaman terbesar Wall Street, Bank of America (BofA) dan Citigroup mengkritisi bank sentral AS atau The Fed karena perbedaan proyeksi antara keduanya.
Mengutip Bloomberg, Selasa (4/7/2023) hasil dari ujian tahunan dan proyeksi tersebut sangat diperhatikan karena menjadi faktor kunci dalam menentukan seberapa besar bank dapat mengembalikan keuntungan kepada investor melalui pembayaran.
Berdasarkan dari hasil yang dirilis minggu lalu, menunjukan 23 perusahaan terbesar AS dapat bertahan dalam kondisi resesi global yang parah dan pasar real estat yang tak stabil.
Walaupun secara umum dapat menjadi tanda positif bagi industri tersebut, ujian tersebut kemudian menjadi titik perdebatan, dan beberapa berpendapat bahwa ujian tersebut perlu lebih ketat lagi.
Michael Batt, wakil ketua bidang pengawasan, mengatakan bahwa bank sentral sedang mempertimbangkan perubahan yang akan menilai lebih banyak jenis tekanan keuangan.
Hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari dari tinjauan menyeluruh terhadap persyaratan modal pemberi pinjaman. Perubahan tersebut juga dilakukan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat kegagalan bank baru-baru ini.
Baca Juga
Perbedaan Proyeksi The Fed
Sebagai contoh, The Fed memproyeksikan banwa BofA akan mencatatkan penghasilan komprehensif lainnya sebesar US$22,3 miliar dalam periode sembilan kuartal, di bawah kondisi yang merugikan secara hipotesis.
Namun, BofA sendiri memproyeksikan sebesar US$12,5 miliar untuk metrik tersebut selama periode yang dimulai pada kuartal I/2023.
Kemudian, The Fed sendiri juga memperkirakan BofA akan mencatatkan kerugian sebelum pajak sebesar US$23 miliar selama rentang waktu tersebut, sementara BofA memproyeksikan kerugian kumulatif sekitar US$25 miliar sebelum pajak.
Kemudian untuk Citigroup, hasil dari uji stress internal memprediksi pendapatan non-bunga sebesar US$64,4 miliar dalam periode sembilan kuartal tersebut. Adapun, The Fed memproyeksi sebesar US$43,9 miliar.