Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setiap 1 Menit, Dunia Kehilangan Hutan Tropis Seluas 11 Lapangan Sepak Bola

Indonesia berhasil mengerem laju kerusakkan hutan tropis. Namun, beberapa negara pemilik hutan tropis justru mengalami peningkatan kerusakkan.
Bangunan terbakar di belakang kendaraan yang hangus di jalan Jerseydale selama Kebakaran Hutan Oak di Mariposa County, California, AS, 23 Juli 2022. /Bloomberg
Bangunan terbakar di belakang kendaraan yang hangus di jalan Jerseydale selama Kebakaran Hutan Oak di Mariposa County, California, AS, 23 Juli 2022. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Global Forest Watch memperkirakan dunia kehilangan hutan tropis seluas 11 lapangan sepak bola dalam satu menit. Beberapa negara pemilik hutan tropis mengalami peningkatan perusakan pada tahun lalu, Indonesia justru berhasil mengerem.

Dikutip dari Bloomberg, pada Kamis (28/6/2023), dunia kehilangan hutan tropis setara luas 11 lapangan sepak bola per menit pada 2022, tingkat kerusakkan itu lebih parah dibandingkan pada 2021. Kerusakkan hutan itu telah memproduksi emisi karbon setara emisi karbon India pada tahun yang sama.

Padahal, hutan sangat penting untuk menyerap karbon dan menjaga keanekaragaman hayati bumi, dan jutaan orang bergantung padanya untuk penghidupan. Tetapi mereka terancam oleh penggundulan hutan, kebakaran dan kekeringan, dan upaya untuk melindungi mereka tidak berjalan dengan baik.

“Umat manusia tidak berada di jalur yang tepat untuk memenuhi komitmen utama terkait hutan,” tulis penulis analisis Global Forest Watch, yang dirilis Selasa.

Brasil, Republik Demokratik Kongo, dan Bolivia, negara-negara dengan hutan hujan tropis yang luas, kehilangan sebagian besar wilayah pada 2022. Bahkan Brasil tercatat paling banyak kehilangan dari sekitar 1,8 juta hektar.

Hutan Brasil mengalami kerugian besar di bawah mantan Presiden Jair Bolsonaro, yang membatalkan perlindungan lingkungan. Hilangnya hutan primer (atau tumbuhan tua) meningkat 15 persen di Brasil dari tahun 2021 hingga 2022.

Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, yang menjabat pada bulan Januari, berjanji untuk mengakhiri deforestasi di Amazon pada tahun 2030, tetapi itu akan menjadi tugas yang sulit.

Bolivia mengalami peningkatan kehilangan hutan primer sebesar 32 persen dari tahun 2021 hingga 2022, terutama karena pertanian komoditas. Produksi kedelai, tebu, jagung, dan sorgum berkontribusi terhadap kenaikan tersebut.

Tingkat kerugian Ghana juga melonjak. Sebagian besar kerugiannya berada di kawasan lindung yang terkait dengan produksi kakao, kebakaran, dan penambangan emas.

Di sisi lain, tidak setiap negara mengalami kehilangan hutan yang semakin parah. Indonesia, Kosta Rika, dan Malaysia mengalami perlambatan.

Di Indonesia, tindakan pemerintah untuk meningkatkan perlindungan terhadap kebakaran dan memulihkan lahan gambut dan hutan bakau tampaknya berperan. Di Malaysia, kebijakan seperti persyaratan sertifikasi yang lebih kuat untuk produksi minyak sawit berkelanjutan tampaknya telah berkontribusi.

Pada 2021, perwakilan dari 145 negara sepakat untuk bekerja sama menghentikan hilangnya hutan dan degradasi lahan pada tahun 2030, serta mengakui bahwa hal itu adalah kunci untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris.

Data tahun 2022 menggarisbawahi bahwa tindakan mendesak diperlukan karena ekosistem yang tak tergantikan seperti Amazon mendekati "titik kritis" yang dapat memengaruhi sistem iklim seluruh planet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper