Bisnis.com, JAKARTA – Para pejabat kereta api India mengungkapkan bahwa saat ini pihak penyelidik menduga kerusakan pada sistem manajemen jalur dan sinyal kereta menjadi penyebab kecelakaan fatal kereta api pekan lalu.
Kecelakaan tersebut merupakan yang paling mematikan di India selama lebih dari dua dekade terakhir.
Melansir Reuters, Selasa (6/6/2023), Sekiranya ada 275 orang tewas dalam kecelakaan yang terjadi pada hari Jumat tersebut, ketika kereta berisi penumpang tersebut menabrak kereta barang yang tidak bergerak keluar dari jalur dan menabrak kereta lain dari arah yang berlawanan di Odisha Timur, India.
Adapun Direktur Jenderal Dinas Pemadam Kebakaran Odisha Sudhanshu Sarangi telah mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas mencapai 288 orang.
Para pejabat Kereta Api India mengatakan bahwa kegagalan sistem manajemen jalur merupakan fokus utama dari investigasi yang dilakukan.
Menurut Sandeep Mathur, yaitu direktur eksekutif utama persinyalan, mengatakan bahwa sistem manajemen jalur yang dikendalikan oleh komputer, atau yang dikenal sebagai sistem interlocking, mengarahkan kereta api ke jalur yang kosong pada titik pertemuan dua jalur, yang merupakan titik pertemuan antara dua jalur.
Baca Juga
Selain itu, sistem ini mengatur dan mengontrol sinyal ke kereta yang datang, dan mengindikasikan apakah kereta tersebut harus berjalan lurus atau berpindah ke jalur yang baru.
"Sistem ini seharusnya anti rusak, anti kesalahan. Ini disebut sistem gagal aman, bahkan jika gagal, sinyal akan berubah menjadi merah dan kereta akan dihentikan," kata Jaya Varma Sinha, seorang anggota Dewan Perkeretaapian India.
Namun, dia menambahkan bahwa kecurigaan tetap mengarah pada kerusakan dalam sistem.
Sinha menjelaskan kereta api Coromandel Express yang menuju ke Chennai dari Kolkata keluar dari jalur utama, memasuki jalur lingkar, jalur samping yang digunakan untuk memarkir kereta api dengan kecepatan 128 km/jam dan menabrak kereta api barang yang membawa bijih besi yang diparkir di jalur lingkar tersebut.
Insiden tersebut telah mengakibatkan mesin dan empat sampai lima gerbong pertama dari kereta api Coromandel Express melompati rel, kemudian terguling dan menghantam dua gerbong terakhir dari kereta api Yeshwantpur-Howrah yang sedang melaju ke arah berlawanan di jalur utama kedua, katanya.
Menurut Sinha, sistem interlocking seharusnya tidak memperbolehkan Coromandel Express untuk melewati jalur tersebut.
Sementara itu, Sinha mengaku telah berbicara dengan masinis yang terluka dari kereta tersebut. Menurut masinis yang tidak disebutkan namanya tersebut, dia masih dalam kecepatan normal dan tidak menerobos sinyal.