Bisnis.com, JAKARTA – Para ilmuwan iklim memperkirakan rata-rata suhu global dapat memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa antara tahun 2023 dan 2024 akibat perubahan iklim dan antisipasi kembalinya fenomena cuaca El Nino.
Kondisi iklim menunjukkan bahwa setelah tiga tahun cuaca La Nina di Samudra Pasifik yang cenderung menurunkan suhu global, dunia diperkirakan akan mengalami El Nino kembali pada akhir tahun ini.
Dilansir dari Reuters pada Jumat (21/4/2023), selama El Nino, angin bertiup ke arah Barat di sepanjang khatulistiwa mengalami perlambatan, sedangkan air bersuhu hangat mengarah ke Timur dan akan menciptakan suhu permukaan laut yang lebih hangat.
"El Nino biasanya dikaitkan dengan suhu tinggi yang memecahkan rekor global. Apakah ini akan terjadi pada tahun 2023 atau 2024 belum diketahui, tetapi saya pikir ini kemungkinan besar akan terjadi," kata Carlo Buontempo, direktur Copernicus UE.
Buontempo mengatakan bahwa iklim menunjukkan kondisi El Nino akan kembali pada akhir musim panas boreal dan kemungkinan akan berkembang kuat pada akhir tahun.
Berdasarkan pencatatan, tahun terpanas di dunia dicapai pada tahun 2016, tepat dengan terjadinya fenomena El Nino yang kuat, meski perubahan iklim telah memicu cuaca ekstrem.
Baca Juga
Sementara itu, delapan tahun terakhir mencerminkan kondisi pemanasan jangka panjang yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca.
Friederike Otto, dosen senior di Institut Grantham Imperial College London menjelaskan bahwa suhu yang didorong oleh El Nino mampu memperburuk perubahan iklim yang dialami negara yang mengalami kekeringan, gelombang panas yang tinggi, hingga kebakaran hutan.
“Jika El Nino benar-benar berkembang, ada kemungkinan besar tahun 2023 akan lebih panas dari tahun 2016 – mengingat dunia terus menghangat karena manusia terus membakar bahan bakar fosil,” kata Otto.
Adapun Ilmuwan Copernicus Uni Eropa mengungkapkan laporan yang menyebutkan bahwa iklim ekstrem yang dialami manusia tahun lalu merupakan tahun terhangat kelima dalam catatan.