Bisnis.com, JAKARTA - Memaknai pertarungan dagang dunia dengan perjalanan Kubilai Khan dapat memberikan perspektif historis yang menarik.
Sama seperti halnya perjalanan Khubilai Khan ke Tanah Jawa yang bertujuan mempetahankan kekuasaan dan kepentingan mereka dalam menghadapi kekuatan luar seperti China.
Negara-negara dunia saat ini pun tengah berjuang untuk mempertahankan kepentingan ekonomi dan politik mereka dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Awal Perjalanan Kubilai Khan
Kubilai Khan merupakan penguasa Dinasti Yuan dari China yang pertama kali ingin menjalin hubungan dengan Kartanegara atau Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit di Jawa, pada awal abad ke-13.
Kala itu, Kerajaan Singasari merupakan kerajaan terkuat yang ada di Jawa, sehingga menarik perhatian Kubilai Khan.
Melansir dari Science Direct, pada tahun 1292, seorang utusan dari Khubilai Khan yang bernama Meng-qi (atau Chau Ju-kua dalam bahasa Tionghoa) datang ke Jawa dan bertemu dengan Raden Wijaya.
Baca Juga
Lalu, Meng-qi memberikan hadiah dan surat dari Khubilai Khan kepada Raden Wijaya, yang berisi tawaran untuk menjalin hubungan damai dan berdagang dengan Kekaisaran Mongol.
Dalam surat tersebut, Kubilai Khan menyebut dirinya sebagai Kaisar Tiongkok dan meminta Kartanegara mengirim utusan ke Tiongkok untuk menegaskan hubungan persahabatan dan memperkuat perdagangan.
Setelah menerima surat dan hadiah tersebut, Raden Wijaya mengirim utusan ke Tiongkok dan mendapat pengakuan dari Kubilai Khan sebagai raja Jawa dan vasal Tiongkok.
Kubilai Khan Mendapatkan Pengkhianatan
Melalui perjanjian tersebut, Kartanegara diizinkan untuk berdagang dengan Kekaisaran Mongol dan memperoleh perlindungan dari ancaman luar.
Namun, hubungan antara Kartanegara dan Khubilai Khan tidak berlangsung lama karena Kartanegara melakukan pengkhianatan dan membunuh sejumlah utusan Mongol yang datang ke Jawa.
Akibatnya, Kubilai Khan mengirim pasukan untuk menyerang Jawa dan menghancurkan Kerajaan Singasari yang dipimpin oleh Kartanegara.
Lakukan Invasi ke Tanah Jawa
Jika sejauh ini, penelitan menemukan Kubilai Khan tidak melakukan invasi ke Jawa secara langsung, meski telah melakukan pembunuhan pada Kartanegara dan menghancurkan Kerajaan Singasari pada 1292.
Namun, berdasarkan jurnal 'Armada Mongol dalam perjalanan ke Jawa: Peninggalan Arkeologi Pertama dari Selat Karimata di Indonesia yang diterbitkan pada 2022, para ahli menemukan bukti soal hubungan diplomatik dan dagang dengan wilayah Nusantara.
“Baru-baru ini, sebuah batu pasir besar, dengan prasasti panjang yang berkaitan dengan invasi Mongol ke Jawa, ditemukan di Pulau Serutu di Selat Karimata. Penemuan ini menandai bukti arkeologis langsung pertama dari Kepulauan Indonesia yang mengkonfirmasi peristiwa sejarah invasi Mongol,” tulis paparan peneliti yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Science Direct
Sebelumnya, sejak 1274, Kubilai Khan sendiri telah berhasil menguasai wilayah Asia secara keseluruhan. Di mana, dirinya menaklukkan wilayah lain, termasuk Korea, Vietnam hingga Sri Lanka.
Berdasarkan konteks hubungan internasional pada masa lalu, perjalanan Khubilai Khan ke Tanah Jawa menunjukkan pentingnya diplomasi dan hubungan antar negara dalam memperkuat posisi dan pengaruh di wilayah masing-masing.
Perjalanan Kubilai Khan ke Tanah Jawa menunjukkan betapa pentingnya kerja sama dan perdagangan dalam membentuk hubungan internasional yang kuat dan berkelanjutan.
Menurut catatan Wang, Karimata menjadi lokasi perdagangan selama beberapa abad, untuk pusat utama tekstil dan perkakas besi lainnya sejak 1330-an.
Singkat cerita, Kekaisaran Mongol di Tiongkok sendiri runtuh pada tahun 1368, setelah Zhu Yuanzhang berhasil mengalahkan penguasa Mongol terakhir di Tiongkok, yakni Dinasti Yuan.
Kubilai Khan sendiri meninggal pada 1294, pada usia 79 tahun, setahun setelah pasukannya kembali dari Tanah Jawa. Kemudian, dia menurunkan tahta kepada cucunya, yakni Kaisar Chengzong dari Yuan, anak dari Jingim.
Sementara itu, pada masa itu kerajaan-kerajaan seperti Majapahit dan Demak mulai muncul dan menjadi kekuatan baru yang menguasai wilayah Nusantara.