Bisnis.com, JAKARTA— Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen tengah memutar otak untuk mengatasi situasi runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB).
Janet Yellen mengungkapkan tengah bekerja sama dengan regulator perbankan sebagai respons terhadap kebangkrutan yang dialami oleh Silicon Valley Bank serta melindungi deposan.
Adapun, Yellen menyatakan langkah bailout jumbo tidak dipertimbangkan.
"Biar saya perjelas bahwa selama krisis keuangan, ada investor dan pemilik bank besar sistemik yang di-bailout. Dengan reformasi yang telah dilakukan, berarti kami tidak akan melakukannya lagi,” ujarnya dilansir dari Reuters, Minggu (12/3/2023).
Yellen menyatakan prihatin dengan nasib para deposan. Pihaknya menyatakan fokus untuk berusaha memenuhi kebutuhan mereka.
Untuk diketahui, Silicon Valley Bank didirikan pada 1983 di Santa Clara, California, AS. Perusahaan dengan cepat berkembang menjadi bank untuk sektor teknologi.
Baca Juga
SVB pernah mengklaim sebagai bank untuk hampir setengah dari semua perusahaan rintisan di AS pada 2021. Sekalipun tidak banyak dikenal di luar Silicon Valley, SVB termasuk di antara 20 bank komersial Amerika teratas. Berdasarkan data US Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), SVB memiliki total aset US$209 miliar pada akhir tahun lalu.
Kejatuhan SVB terjadi sangat cepat -hanya dalam 48 jam- sehingga menjadi penutupan terbesar bank AS oleh otoritas setempat sejak keruntuhan Washington Mutual pada 2008.
Hampir setiap bank di AS saat ini diasuransikan oleh FDIC, termasuk SVB. Jika nasabah memiliki uang di SVB maka FDIC mengatakan nasabah akan mendapatkannya kembali paling lambat Senin pagi atau pada 13 Maret 2023, selama nilainya di bawah batas US$250.000.
Adapun, jumlah lebih dari itu akan mendapatkan dividen di muka pada minggu depan.