Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menyerukan untuk memperkuat kemitraan global guna mendukung pembangunan ekonomi negara-negara yang kurang berkembang atau Least-Developed Countries (LDCs).
Dukungan tersebut disampaikan dalam pertemuan Fifth UN Conference on the Least Developed Countries (LDC5) di Doha, Qatar, pada 5-9 Maret 2023.
Duta besar RI untuk Qatar Ridwan Hassan selaku Ketua Delegasi RI mengatakan bahwa LDCs masih menghadapi berbagai tantangan, seperti terbatasnya kapasitas produksi, kemampuan fiskal yang kurang memadai, tekanan utang, dan kurangnya akses terhadap teknologi.
Menurutnya, kondisi negara LDCs ini diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 serta berbagai tantangan multi-dimensional lainnya, termasuk perubahan iklim serta kerentanan pangan dan energi.
Melansir dari keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI, dia menyampaikan bahwa saat ini terdapat 46 negara yang termasuk dalam kategori LDCs, di mana 33 di antaranya negara Afrika, 9 di Asia, 3 di Pasifik dan 1 di Karibia.
“Adopsi Doha Programme of Action 2022 merupakan bukti komitmen kolektif kita untuk mendukung LDCs. Namun kita perlu bekerja keras untuk memastikan implementasi efektifnya,” katanya.
Baca Juga
Dubes Ridwan menyatakan bahwa terdapat 3 hal yang perlu didorong. Pertama, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pendanaan pembangunan di LDCs.
Dia menekankan bahwa saat ini LDCs menghadapi keterbatasan pendanaan, baik dalam bentuk investasi asing langsung (FDI) maupun bantuan pembangunan.
Lebih lanjut, menurutnya dunia internasional perlu mendukung LDCs melalui pemberian bantuan pembangunan, investasi, dukungan teknis, inovasi model pendanaan, dan pembebasan tekanan utang.
“Di bawah Presidensi Indonesia, G20 sepakat untuk meningkatkan pendanaan campuran [blended finance] kepada negara berkembang, termasuk LDCs,” lanjutnya.
Selanjutnya yang kedua, yaitu memajukan pembangunan SDM di LDCs. Dia mengatakan bahwa besarnya populasi usia muda di LDCs menjadi aset berharga yang harus dikembangkan, yakni melalui pelatihan dan pendidikan yang berkualitas dan inklusif, dan Indonesia aktif memberikan bantuan kapasitas kepada LDCs.
Selanjutnya, ketiga yaitu memperkuat kemitraan Utara-Selatan, Selatan-Selatan, dan Kerja Sama Triangular. Ridwan menekankan bahwa kerja sama tersebut harus berdasarkan permintaan dari LDCs dan mengusung prinsip solidaritas, inklusivitas, keseteraan, dan leave no one behind.
“Pandemi mengajarkan kita bahwa tidak ada satupun negara yang sanggup menghadapi tantangan global sendirian. Solidaritas, inklusivitas, kerja sama, dan kemitraan adalah kunci untuk mengatasi tantangan global. Mari gunakan kesempatan ini untuk memperkuat kemitraan global untuk dukung LDCs,” tambahnya.
Diketahui, UN Conference of the Least Developed Countries diselenggarakan setiap 10 tahun sekali sejak tahun 1981. Penyelenggaraan acara ini untuk memobilisasi dukungan internasional terhadap pembangunan ekonomi LDCs.
Adapun konferensi kelima (LDC 5) ini antara lain dihadiri oleh perwakilan 131 negara, di mana 25 negara diwakilkan pada tingkat kepala negara atau pemerintah, serta 21 organisasi internasional.
Delegasi RI pada konferensi LDC5 dipimpin oleh Dubes RI untuk Qatar serta terdiri dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian PPN atau Bappenas dan KBRI Doha.