Bisnis.com, JAKARTA - Ratusan pendukung mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro menyerbu Istana Kepresidenan, Kongres, dan Mahkamah Agung Brasil pada Minggu (8/1/2023).
Demonstran marah karena kekalahan Bolsonaro dalam pemilihan presiden (pilpres) Brasil, yang dimenangkan oleh Luiz Inacio Lula da Silva pada Oktober 2022.
Para pendukung Bolsonaro merusak gedung-gedung pemerintah, hingga terjadi kericuhan yang membuat pihak kepolisian dan keamanan Brasil bergegas menanganinya.
Tak lama, pasukan keamanan beserta pihak kepolisian Brasil melancarkan operasi besar-besaran. Operasi dilakukan untuk mengevakuasi para demonstran dari Istana Kepresidenan dan Mahkamah Agung.
Evakuasi itu dilakukan dengan pasukan keamanan menggunakan polisi antihuru hara menunggang kuda, meriam air, dan bom gas air mata yang ditembakkan dari helikopter.
Lula mengecam serangan itu, dan menandatangani dekrit yang menyatakan intervensi federal di Brasil, memberikan kekuasaan khusus kepada pemerintahnya untuk memulihkan hukum dan ketertiban di Ibu Kota.
"Para fanatik fasis ini telah melakukan sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya dalam sejarah negara ini," kata Lula (77), seperti dilansir dari CNA, Senin (9/1/2023).
Sebelumnya, pendukung Bolsonaro yang menolak untuk menerima kekalahan dalam pemilihan presiden juga telah menyerukan intervensi militer dan pengunduran diri Lula, sehingga saat ini Brasil terpecah belah.
Pengemudi truk pendukung Bolsonaro memblokir jalan raya melintasi Brasil untuk memprotes kemenangan Lula, dengan beberapa dari mereka menyerukan kudeta militer.
Sekitar 236 protes sebagian atau seluruhnya memblokir jalan di 20 negara bagian Brasil menurut polisi jalan raya federal. Blokade tidak serta merta mengganggu ekspor biji-bijian.