Bisnis.com, JAKARTA - Korea Selatan sedang mempertimbangkan untuk membeli sistem deteksi drone Sky Spotter dari Israel.
Kabar itu diungkap oleh kantor berita Yonhap, pada Minggu (8/1/2023), berdasarkan laporan dari Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Militer Korea Selatan berencana memutuskan secara resmi melakukan pembelian sistem tersebut, seperti dilansir dari TASS, Senin (9/1/2023).
Tentunya pembelian itu dilakukan setelah peninjauan, untuk menentukan dalam beberapa pekan mendatang efektifitas sistem itu dalam melawan ancaman pesawat tak berawak (drone) Korea Utara.
Sistem deteksi drone tersebut diproduksi oleh Rafael Advanced Defense Systems, Sky Spotter dirancang untuk deteksi dini dan pelacakan objek udara seperti drone dan balon.
Pembelian tersebut telah dipertimbangkan di tengah kecaman dari pasukan pertahanan Korea Selatan yang baru-baru ini gagal melawan serangan drone Korea Utara ke zona larangan terbang di dekat kantor kepresidenan di Seoul.
Adapun sebanyak 5 pesawat tak berawak (drone) Korea Utara menyusup ke wilayah udara Korea Selatan pada 26 Desember 2022 lalu.
Sementara itu, salah satu dari drone itu mencapai Seoul, dan yang lainnya melayang di dekat sebuah pulau di sebelah barat Ibu Kota.
Juru Bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, Lee Sung-jun berulang kali menegaskan bahwa drone telah menyusup ke zona larangan terbang utama, yang dikenal sebagai P-73, yang mencakup langit di atas kantor Kepresidenan Korea Selatan.
"Tidak benar bahwa (drone Korea Utara) tidak melewati Yongsan," kata Lee Sung-jun.
Ini menjadi insiden pertama dalam 5 tahun terakhir yang membuat Seoul bergerak untuk mengerahkan jet sebagai upaya untuk merespon.
Pasukan Korea Selatan mencoba menjatuhkan drone selama 5 jam tetapi gagal. Satu drone dapat kembali dari Seoul dan yang lainnya menghilang dari radar.