Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soekarno 'Musuh' Belanda?

Soekarno adalah sosok penting yang penuh kontroversi. Dia adalah pembebas. Namun bagi Belanda dan pendukungnya nama Soekarno mendatangkan trauma.
Demokrasi terpimpin/AFP
Demokrasi terpimpin/AFP

Bisnis.com, JAKARTA -- Soekarno adalah trauma bagi Belanda. Ia adalah penentu nasib para tuan dan puan Belanda yang berabad-abad berkuasa menjadi budak, pesakitan di kamp interniran, hingga menjadi sasaran pembantaian pada masa bersiap.

Konon saking traumanya, tidak ada satupun nama Soekarnostraat atau Jalan Soekarno di Belanda. Kalau Mohamad Hatta atau beberapa tokoh pergerakan, terutama yang pernah mengenyam pendidikan langsung di negeri bekas penjajah itu ada. 

Sementara Soekarno, jangan harap. Bagi Belanda, Soekarno tetap dedengkot-nya ekstrimis dan pemimpin kawanan 'pembunuh' yang sadis.

Itu sebabnya ketika pemerintah Belanda meminta maaf atas kekerasan yang terjadi selama perang kemerdekaan banyak veteran termasuk politikus sayap kanan Belanda Geert Wilders menganggap bahwa permintaan itu salah alamat. Indonesia yang seharusnya meminta maaf, terutama terhadap korban masa bersiap.

Masa bersiap adalah sebuah peristiwa yang menandai transisi kekuasaan pasca proklamasi. Rakyat sedang tersihir gelombang revolusi. Sementara para penjajah Belanda enggan melepas daerah yang paling berharga. Terjadi vacuum of power. Indonesia berada dalam status quo.

Laiknya negeri yang berada dalam status quo kekerasan merajalela. Rakyat yang marah mulai memburu, membantai, orang-orang Belanda termasuk pendukung pribuminya yang ingin kembali menancapkan kekuasaannya di Indonesia.

Di Batavia, kini Jakarta, hingga Depok pemukiman orang-orang Belanda dan Indo (ras campuran Eropa-Indonesia), menjadi sasaran. Daerah ini sangat tidak aman bagi orang Eropa. Mooie indie atau Indie yang cantik benar-benar berubah menjadi neraka. Di manapun ada orang Belanda, mereka menjadi sasaran kekerasan oleh para pejuang dan laskar.

Soal berapa jumlah korbannya, tidak diketahui secara pasti karena aksi berlangsung secara sporadis. Namun dari komposisi korban selain Belanda dan Indo, etnis Ambon dan Minahasa juga menjadi target laskar atau pemuda Indonesia karena identik sebagai ‘pembantu militer’ Belanda. 

Kecamuk kekerasan di Batavia dan sekitarnya juga merembet ke berbagai wilayah. Selain masa bersiap, revolusi sosial terjadi cukup massif. Para ningrat, bangsawan atau orang-orang yang memperoleh keuntungan pada masa penjajahan Belanda menjadi sasaran kekerasan.

Daerah paling parah tentu di Jawa terutama kawasan Pantura Barat (Pemalang, Tegal dan Brebes). Revolusi di kawasan ini kalau kata Anton Lucas dikenal dengan sebutan Revolusi Tiga Daerah. 

Targetnya adalah para ambtenaar atau PNS kalau bahasa zaman sekarang dan para ningrat yang memperoleh privilege berupa keuntungan sosial dan ekonomi selama masa penjajahan Belanda. Banyak yang tewas dibantai. Rumah disita dan dibakar.

Sementara itu di Solo, gerakan anti-swapraja bahkan berhasil ‘meruntuhkan’ sisa kekuasaan wangsa Mataram, Kasunanan Surakarta. Daerah Istimewa Surakarta bubar. Kepatihan hilang ditelan sejarah. Banyak petinggi Kraton Kasunanan pada waktu itu hilang tak berbekas. Patih dibunuh. Kelompok republiken juga sempat menculik Sunan Pakubuwono XII, penguasa feodal di jantung Jawa.

Di luar Jawa, revolusi sosial belangsung cukup keras di Sumatra Utara. Anti-feodalisme begitu kuat di kalangan rakyat jelata. Empat Kesultanan Melayu yakni Langkat, Deli, Asahan dan Serdang, keempatnya di pesisir timur Sumatra dan relatif makmur karena perkebunan, menjadi sasaran. Pembantaian berlangsung cukup sporadis.

Salah satu korban revolusi sosial di Sumatra Timur adalah Tengku Amir Hamzah. Dia adalah bangsawan Melayu dari Kesultanan Langkat. Amir Hamzah dikenal sebagai sastrawan angkatan Pujangga Baru. Namun nahas nyawanya ikut dilumat gelombang revolusi. Nasibnya seperti tergambar dalam larik puisinya yang berjudul “Sunyi”: Sunyi Itu Duka, Sunyi Itu Kudus, Sunyi Itu Lupa, Sunyi Itu Lampus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper