Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengungkapkan menjelang tahun politik atau pemilu, perekonomian domestik justru kerap bergerak ke arah yang positif.
Bhima mengungkapkan hal tersebut dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge (BIBC) 2023 yang disiarkan dalam kanal YouTube Bisniscom, Kamis (15/12/2022).
Dia mencontohkan, pertumbuhan belanja pemerintah selalu lebih tinggi jelang pemilu, seperti pada 2014 dan 2018 yang pertumbuhannya di atas empat persen.
“Jadi ada kecenderungan belanja itu akan bersifat lebih populis, pencairannya juga lebih cepat, dan beberapa serapan anggaran terkait dengan bansos, subsidi, itu biasanya meningkat sebelum adanya event politik,” ujar Bhima.
Selain itu, menjelang Pemilu 2014 dan 2019 konsumsi rumah tangga juga mengalami pertumbuhannya di atas angka lima persen.
Bhima menjelaskan, ada banyak sektor yang menerima efek positif menjelang penyelenggaraan pemilu, salah satunya apa yang dia sebut sektor LNPR.
“Ini [LNPR] ya terkait dengan belanja partai politik, belanja lembaga survei, belanja konsultan, dan juga beberapa lembaga yang memang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu itu mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi,” jelasnya.
Bahkan sektor LNPR ini selalu tumbuh hingga angka dua digit pada dua pemilu terakhir. Pada Kuartal I 2014, sektor LNPR tumbuh 23 persen, sedangkan Kuartal I 2019 tumbuh hampir 17 persen.
Sektor usaha yang berkaitan dengan tempat konsolidasi politik juga mengalami peningkatan seperti hotel, restoran, ataupun exhibition center.
Lebih lanjutnya, sektor ritel juga akan kena dampak positif penyelenggaraan pemilu sebab pesanan untuk percetakan dan kaos akan meningkat.
“Jadi kalau perlu pemilu itu dilakukan setiap tahun, karena ada sektor yang ternyata meningkatkan asalkan memang pemilunya berjalan dengan damai, tidak terjadi gangguan atau risiko keamanan yang akan membuat kekhawatiran masyarakat untuk belanja di luar rumah,” ungkap Bhima.