Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat Sebut Politik Identitas Akan Tetap Jadi Isu pada Pemilu 2024

Aisah Putri Budiarti menilai politik identitas tak akan bisa dipisahkan dalam ajang Pemilu 2024 nanti.
Bakal calon presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AH) di kantor DPP Partai Demokrat Jakarta, Jumat (7/10/2022). JIBI/Bisnis-Pernita Hestin Untari
Bakal calon presiden dari Partai NasDem Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AH) di kantor DPP Partai Demokrat Jakarta, Jumat (7/10/2022). JIBI/Bisnis-Pernita Hestin Untari

Bisnis.com, JAKARTA - Peniliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aisah Putri Budiarti menilai politik identitas tak akan bisa dipisahkan dalam ajang pemilu, termasuk pada 2024 nanti.

Aisah mengatakan, pemilu merupakan ajang pemilihan perwakilan politik. Dalam konteks ini, termasuk perwakilan agama atau identitas lainnya.

"Saya rasa identitas memang selalu menjadi isu dalam kontestasi pemilu, karena konteks pemilu adalah memilih representasi politik termasuk representasi dari kelompok politik dengan identitas tertentu, termasuk agama, etnis, gender dan lainnya," jelas Aisah kepada Bisnis, dikutip Jumat (4/11/2022).

Oleh sebab itu, lanjutnya, muncul partai politik (parpol) berlandaskan agama karena dianggap mewakili kelompok agama tertentu. Bahkan, pada pemilu 1955 muncul parpol lokal yang mempresentasikan suku.

Meski begitu, Aisah mengatakan politik identitas menjadi bahaya ketika dijadikan alat memecah belah persatuan.

"Politisasi identitas termasuk politisasi agama digunakan misalnya tidak hanya untuk memenangkan calon tetapi kemudian memecah kelompok agama, bahkan ada unsur meminggirkan kelompok agama lain," ujarnya.

Aisah berpendapat, penggunaan politik identitas seperti itu tak hanya berefek ke kontestasi pemilu itu sendiri melainkan dapat menjadi konflik berlarut.

Demokrasi dan pluralisme, terutama di Indonesia, bisa terancam, ujar Aisah. Dia mencontohkan pilpres dan Pilkada DKI Jakarta sebelumnya, yang seharusnya jadi pembelajaran agar tak terulang lagi.

"Politisi seharusnya belajar berkompetisi secara sehat tanpa lagi menggunakan cara-cara lama itu," tutupnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dosen Universitas Indonesia (UI) Ade Armando membuat heboh karena pernyataannya yang sarat akan politik identitas.

Ade berpendapat, suara pemilih muslim terpecah antara memilih Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Mayoritas, lanjutnya, pemilih muslim lebih condong ke Anies. Oleh sebab itu, dia berpendapat suara umat Kristen akan jadi penentu nasib Anies di Pilpres 2024.

"Kalau umat Kristen kompak [tak memilih Anies], Anies akan gagal. Kalau suara umat Kristen terbelah, maka Anies akan melenggang menjadi presiden," ujar Ade.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper