Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengaku cukup sulit bagi Indonesia selaku pemegang presidensi G20 untuk mengadakan pertemuan G20 Bali pada tahun ini.
Retno mengatakan bahwa ketegangan geopolitik yang diakibatkan perang Rusia vs Ukraina turut beririsan dengan kepercayaan Negara lain terhadap Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20.
Meski begitu, Retno mengaku bahwa Pemerintah terus melakukan komunikasi, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait dengan keikutsertaan keduanya di G20 Bali.
“Sekali lagi, situasi dunia saat ini dinamis. Tantangan dunia sangat tinggi dan situasi tidak lebih mudah, tetapi menjadi lebih sulit. Komunikasi terus kami lakukan. Sejauh ini, respons masih sangat positif,” ujarnya di Istana Kepresidenan, Selasa (11/10/2022).
Retno pun menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia secara tegas akan tetap mengundang seluruh anggota G20 untuk hadir di Bali pada 15-16 November 2022.
“Pukul 4 pagi, saya komunikasi dengan New York, Washington DC, dengan beberapa pihak lain, kita memiliki rekam jejak yang cukup bagus. Trust dunia terhadap Indonesia ada, indo selama ini selalu berkontibusi, ini yang berusaha kami kapitalisasi agar G20 tetap dapat bekerja,” ujarnya.
Baca Juga
Selain itu, dia menegaskan saat ini jajaran Kementeriannya juga berfokus melaksanakan amanat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar presidensi G20 Indonesia harus menghasilkan kerja sama yang bersifat konkret.
“Jadi bagaimana konkret deliverable itu bisa kami garap, bisa menghasilkan dan kalau dilihat dari konkret deliverables saya tidak pesimis. Kami optimis akan tetap menghasilkan proyek-proyek kerjasama yang sifatnya konkret, bermanfaat tidak hanya negara peserta G20, tetapi juga masyarakat dunia,” pungkas Retno.