Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Kenaikan BBM, Kepedulian Pada Politik Menurun

Persepsi masyarakat akan politik menjadi turun setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan menaikkan harga BBM pada 3 September lalu.
Ilustrasi Gedung KPU RI, Jakarta. ANTARA/Melalusa Susthira K.
Ilustrasi Gedung KPU RI, Jakarta. ANTARA/Melalusa Susthira K.

Bisnis.com, JAKARTA - Survei Indikator Politik Indonesia mencatatkan terjadi penurunan kepedulian masyarakat akan politik setelah kenaikan harga BBM pada awal September lalu.

Menurut survei nasional yang dilakukan secara tatap muka kepada 1.220 responden dalam periode 13-20 September 2022 itu, persepsi positif masyarakat terhadap kondisi politik turun dari 32,1 persen pada Agustus 2022 menjadi 26,1 persen pada September 2022.

"Trennya dalam sebulan terakhir menurun dibandingkan dengan survei pada Agustus 2022 sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, Minggu (2/10/2022). 

Adapun, jelas Burhanuddin, responden yang mengatakan kondisi politik nasional dalam kondisi baik dan sangat baik kurang lebih sekitar 26 persen. Perinciannya, 25,1 persen mengatakan baik, sedangkan 1,1 persen menilai sangat baik. 

Sementara itu, responden yang mengatakan kondisi politik nasional dalam kondisi buruk dan sangat buruk kurang lebih sebanyak 23 persen. Dengan perincian, sebanyak 19,2 mengatakan buruk, dan 4,2 persen mengatakan buruk. 

Namun demikian, sebagian besar mengatakan politik nasional dalam kondisi sedang, yakni sebanyak 41,7 persen responden. 

Perlu diketahui, tren persepsi masyarakat terhadap kondisi politik di Tanah Air berbanding terbalik dengan persepsi terhadap kondisi ekonomi.

Survei Indikator menunjukkan persepsi negatif masyarakat terhadap kondisi ekonomi berkurang yang terlihat dalam survei yang dilakukan setelah 3 September 2022 paska Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM.

Burhanuddin memaparkan dalam survei yang dilakukan pada pekan ketiga September 2022 terlihat persepsi masyarakat yang menilai kondisi ekonomi buruk turun dari 51,7 persen menjadi 36,2 persen. 

Padahal, pada periode survei 5-10 September 2022 responden yang mengatakan kondisi ekonomi buruk meroket dari 26,6 persen (hasil survei Agustus 2022) menjadi 51,7 persen. 

"Jadi, kalau dibandingkan dengan survei setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada awal September 2022, responden yang mengatakan buruk cenderung turun meskipun masih mayoritas," jelas Burhanuddin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper