Biasanya, pasukan cadangan perlu dilatih dan dilengkapi dengan senjata dan pengetahuan militer sebelum mereka dikerahkan untuk berperang.
Namun, banyak tentara cadangan Rusia yang ternyata hanya menerima satu atau dua bulan pelatihan sebelum akhirnya diterjunkan ke medan perang.
Barros juga menyebut jika yang lain bahkan dikirim ke garis depan tanpa pelatihan atau peralatan apa pun.
Bukan hanya soal tentara perangnya, persenjataan militer Rusia-pun dipertanyakan.
Hingga saat ini, tidak jelas berapa banyak dari senjata yang disimpan ini telah dijual karena korupsi, atau apakah masih berfungsi dengan baik.
Industri senjata Rusia tidak memiliki microchip yang diperlukan untuk senjata presisi tinggi dan suku cadang lainnya, kata Klein.
Satu-satunya keuntungan yang benar-benar dimiliki Rusia adalah populasi yang lebih besar yang tersedia untuk wajib militer.
Namun, seperti yang ditunjukkan Barros, pasukan membutuhkan lebih dari sekadar tentara untuk sukses di medan perang.
Dibutuhkan senjata modern, pelatihan yang baik, kepemimpinan, motivasi, dan perencanaan logistik.
“Menempatkan lebih banyak orang di garis depan saja tidak akan menyelesaikan masalah yang dimiliki Rusia,” tambah Barros.