Bisnis.com, JAKARTA--Polisi Rusia kemarin menangkap ratusan pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang keputusan Kremlin untuk memanggil ribuan pasukan tambahan untuk berperang di Ukraina.
Kelompok hak asasi manusia Rusia OVD-Info menyebutkan totalnya lebih dari 1.000 orang. Jumlah terbesar yang ditangkap berada di St Petersburg dan Moskow. Sedangkan belasan orang ditahan di Irkutsk dan kota-kota Siberia lainnya, serta Yekaterinburg.
Sedangkan tiket penerbangan dari Rusia terjual habis dengan cepat setelah pengumuman Vladimir Putin sebagaimana dikutip BBC.com, Kamis (22/9/2022).
Presiden Rusia memerintahkan mobilisasi parsial, yang berarti sekitar 300.000 tentara cadangan, tetapi bukan wajib militer, akan direkrut untuk mendukung pasukan Rusia yang telah mengalami kekalahan di medan perang baru-baru ini di Ukraina.
Langkah itu dilakukan sehari setelah wilayah pendudukan Ukraina mengumumkan referendum cepat untuk bergabung dengan Rusia.
Dalam sambutannya yang dikecam oleh Ukraina dan sekutunya, Putin menekankan bahwa dia akan menggunakan "semua cara yang tersedia" untuk melindungi wilayah Rusia sekaligus menyiratkan akan melibatkan senjata nuklir.
Baca Juga
Kantor Kejaksaan Moskow pada hari Rabu memperingatkan bahwa seruan di internet untuk mengajak bergabung dengan aksi protes jalanan yang tidak sah, atau berpartisipasi di dalamnya, dapat dikenakan hukuman hingga 15 tahun penjara. Mereka dapat dituntut di bawah undang-undang yang melarang mendiskreditkan angkatan bersenjata, menyebarkan "berita palsu" tentang operasi militer Rusia di Ukraina, atau mendorong anak di bawah umur untuk memprotes.
Hukuman keras Rusia untuk menyebarkan "disinformasi" tentang perang Ukraina dan pelecehan polisi terhadap aktivis anti-Putin telah membuat protes anti-perang yang jarang terjadi.
Namun kelompok oposisi anti-perang Vesna menyerukan protes yang meluas, dan di Telegram dilaporkan banyak penangkapan di seluruh Rusia. Sebuah klip video dari Yekaterinburg menunjukkan polisi dengan kasar memaksa pengunjuk rasa masuk ke dalam bus.