Bisnis.com, JAKARTA—Presiden AS, Joe Biden dan para Barat mengecam ancaman Vladimir Putin untuk menggunakan senjata nuklir. Biden berjanji untuk terus mendukung Ukraina menghadapi mobilisasi parsial tentara Rusia.
Muncul di hadapan Majelis Umum PBB pada hari Rabu, Biden berusaha menyatukan komunitas internasional dalam menghadapi apa yang disebutnya ancaman “sembrono” dan “pelanggaran yang sangat signifikan” terhadap piagam PBB.
Presiden AS berbicara beberapa jam setelah Putin mengumumkan mobilisasi pertama Rusia sejak Perang Dunia II dan memperingatkan bahwa negaranya memiliki “banyak senjata untuk membalas” apa yang dia klaim sebagai ancaman negara Barat di wilayahnya.
Biden menggambarkan pemimpin Rusia dan "ambisi kekaisarannya" sebagai ancaman terhadap nilai-nilai pendirian PBB.
Dia berusaha untuk mengkonsolidasikan dukungan global untuk Ukraina dan membujuk beberapa negara berkembang menjauh dari sikap netral mereka, ketika Putin meningkatkan ancamannya.
“Perang ini tentang memadamkan hak Ukraina untuk hidup sebagai negara dan hak Ukraina untuk hidup sebagai rakyat,” kata Biden seperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (22/9).
Baca Juga
"Di mana pun anda berada, di mana pun anda tinggal, apa pun yang Anda yakini, itu (ancaman) akan membuat darah anda menjadi dingin."
Dalam kutipan dari pidato yang akan dia sampaikan di PBB, Liz Truss, perdana menteri Inggris, juga turut mengecam peringatan Putin.
“Dia menggandakan dengan mengirim lebih banyak pasukan cadangan menuju takdir yang mengerikan. Dan dia membuat klaim palsu dan ancaman yang menggetarkan. Ini tidak akan berhasil,” katanya.
Sebelumnya pada hari Rabu, Putin menyampaikan pidato televisi yang sangat dinanti-nantikan untuk mendeklarasikan “mobilisasi parsial”, yang dia klaim sebagai tanggapan langsung terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh Barat.
Putin menuding negara Barat ingin menghancurkan negaranya.
“Layanan militer hanya akan berlaku untuk warga negara yang saat ini berada di pasukan cadangan, terutama mereka yang pernah bertugas di angkatan bersenjata, memiliki profesi militer tertentu dan pengalaman yang relevan,” katanya.