Bisnis.com, JAKARTA - Rusia dan Ukraina sepakat untuk saling tukar 200 tawanan perang sebagai salah satu pertukaran terbesar dari perang tujuh bulan, kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kepada stasiun televisi Amerika Serikat (AS).
Erdogan mengumumkan hal itu setelah pembicaraan pekan lalu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela pertemuan puncak regional di Uzbekistan. Akan tetapi, Erdogan tidak memberikan perincian lengkap tentang pertukaran itu.
Dia hanya menyebut orang-orang yang dipertukarkan sebagai "sandera" dan tidak mengatakan berapa banyak dari masing-masing pihak.
“Dua ratus sandera akan dipertukarkan berdasarkan kesepakatan antara para pihak. Saya pikir langkah signifikan akan diambil ke depan,” kata Erdogan kepada televisi PBS pada Senin (19/9/2022) malam seperti dikutip ArabNews.com, Selasa (20/9/2022).
Sebagai anggota NATO, Turki telah mencoba untuk tetap netral dalam konflik Rusia-ukraina.
Negara itu memasok drone tempur ke Kyiv, namun menghindari sanksi yang dipimpin negara Barat terhadap Moskow.
Erdogan mengatakan dia memiliki “kesan” bahwa Putin bersedia mengakhiri perang.
“Kami melakukan diskusi yang sangat ekstensif dan dia benar-benar menunjukkan kepada saya bahwa dia bersedia untuk mengakhiri ini sesegera mungkin,” kata Erdogan.
Itu kesan saya karena keadaan saat ini cukup bermasalah, katanya menambahkan.
Erdogan mengatakan kembalinya Rusia atas tanah yang direbut akan menjadi bagian penting dari setiap gencatan senjata yang langgeng.
“Jika perdamaian akan dibangun di Ukraina, tentu mengembalikan tanah yang diserbu akan menjadi penting,” katanya.
Ketika ditanya berulang kali apakah Putin harus bertanggung jawab atas invasi ke Ukraina, Erdogan hanya mengatakan tidak ada untungnya memihak.
“Kami tidak akan membela satu pemimpin. Sebaliknya, kita harus mencari solusi yang akan memuaskan semua pihak yang terlibat.”
Erdogan telah berulang kali mencoba menyatukan Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Turki untuk pembicaraan gencatan senjata.