Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Bandang Landa Pakistan, AS, hingga China, Efek Perubahan Iklim?

Banjir bandang karena curah hujan lebat di sejumlah negara memiliki kaitan dengan kekeringan yang melanda belahan bumi lainnya. Apakah ini efek perubahan iklim?
Banjir Pakistan / Antara
Banjir Pakistan / Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Banjir besar yang mematikan dalam beberapa pekan terakhir telah melanda sejumlah negara di dunia. Serangkaian musibah yang terjadi memiliki semua ciri bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim.

DIlansir Bloomberg,  hujan lebat merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang di Pakistan, di mana hampir setengah juta orang berada di kamp-kamp bantuan. banjir besar juga melanda Mississippi dalam seminggu terakhir dan memutus akses air bersih untuk 150.000 penduduk.

Baru-baru ini, Seoul Korea Selatan dan Australian dilanda banjir dahsyat yang menjadikan salah satu banjir terburuk di abad ini.

Di Pakistan, para pejabat memperkirakan kerusakan lebih dari US$10 miliar akibat banjir bandang yang melanda negaranya. Hal ini memaksa negara untuk mencari pinjaman US$1,1 miliar dari Dana Moneter Internasional untuk mencegah krisis.

Ketika kekeringan semakin parah dan sungai-sungai menyusut, bumi diterpa arus deras secara bersamaan. Mekanisme atmosfer yang kontradiktif ini dapat menyebabkan rekor banjir di samping gelombang panas dan kekeringan yang meluas. Ini bukan gangguan yang tidak dapat dikenali, tetapi ini merupakan efek percepatan perubahan iklim.

Menurut Jennifer Francis, seorang ilmuwan senior di Woodwell Climate Research Center di Falmouth, Massachusetts, curah hujan ekstrem dan banjir dengan volume tinggi adalah indikator dari krisis iklim.

“Saat udara dan lautan menghangat di bawah selimut gas rumah kaca yang lebih tebal, lebih banyak uap air yang menguap ke udara, memberikan lebih banyak uap air untuk memicu badai petir, angin topan, atau paskah dan monsun,” kata Francis, dikutip dari Bloomberg pada Rabu (31/8/2022).

Perlu diketahui bahwa, kekeringan dan banjir memiliki hubungan karena ketika kelembaban di udara dialihkan dari satu wilayah, maka akan dibuang ke tempat lain.

Ada juga La Nina yang menyebabkan banjir dan kekeringan di seluruh dunia. Fenomena yang disebabkan oleh pendinginan Pasifik khatulistiwa ini mengganggu pola cuaca di seluruh dunia. Ini bisa membawa lebih banyak hujan ke Indonesia dan membanjiri perkebunan kelapa sawit, sedangkan AS bagian selatan dan California bisa menjadi lebih kering lalu merusak tanaman kapas dan anggur.

Hujan dan Kekeringan karena Perubahan Iklim?

Perubahan iklim adalah faktor terbesar. Menurut Daniel Swain, seorang ilmuwan iklim di University of California, meningkatnya suhu global berarti  atmosfer yang lebih hangat dapat menampung lebih banyak uap air.

Setiap kenaikan 1 derajat celcius meningkatkan kapasitas air di udara sekitar 7 persen. Menurut Pusat Informasi Lingkungan Nasional AS, periode dari Januari hingga Juli 2022 akan menjadi yang terpanas keenam dalam 143 tahun secara global.

Swain mengungkapkan bahwa itu bisa meningkatkan batas atas bagaimana hujan lebat bisa terjadi karena atmosfer yang lebih hangat memungkinkan lebih banyak air untuk menguap.

“Proses yang sama juga meningkatkan kecenderungan atmosfer bertindak sebagai spons raksasa dan mengekstraksi air tambahan dari lanskap,” kata Swain.

Provinsi Sichuan China contohnya. Hanya beberapa pekan lalu, daerah itu dilanda kekeringan yang menyebabkan kekurangan listrik besar dan mengganggu bisnis bagi perusahaan termasuk Toyota Motor Corp. Sekarang, provinsi barat daya, salah satu yang terpadat di negara itu, dilanda banjir. Lebih dari 119.000 orang dievakuasi, dan pihak berwenang meminta lebih dari 300 tambang, termasuk 60 operasi batu bara, untuk menarik pekerja sebagai tindakan pencegahan keselamatan.

Di tempat-tempat seperti Colorado, Denver, baru-baru ini mengalami rekor curah hujan harian, hujan tersebut tidak meredakan dampak yang lebih dalam dari kekeringan berkepanjangan yang telah mencengkeram AS bagian Barat. Tapi curah hujan tersebut cukup untuk memicu banjir bandang, membatalkan penerbangan dan membahayakan rumah, properti, dan nyawa. Di New Mexico, sekitar 200 orang di taman nasional baru-baru ini terjebak selama beberapa jam saat hujan.

Tempat-tempat lain, termasuk sebagian Australia, mengalami pergeseran yang lebih luas ke pola banjir. Pada awal tahun 2022, aliran badai yang tak henti-hentinya menyebabkan banjir besar di bagian tenggara benua itu. Dalam perkiraan tiga bulan, Biro Meteorologi Australia memperkirakan lebih banyak banjir akan terjadi.

"Dengan tanah basah, sungai tinggi, dan bendungan penuh, dan prospek musim semi untuk curah hujan di atas rata-rata, risiko banjir tetap tinggi di Australia timur," kata Biro Meteorologi Australia.

Di Pakistan, kelembapan ekstra di atmosfer memberi kekuatan lebih besar pada musim hujan tahunan.

Tentu saja, banjir telah mempengaruhi peradaban sejak awal. Sejak tahun 1980, 36 banjir besar di AS telah menyebabkan kerusakan senilai US$173,7 miliar di seluruh negeri, menurut Pusat Informasi Lingkungan Nasional. Tapi sekarang banjir ekstrem lebih sering terjadi.

"Jika kita tidak menyelesaikan masalah yang mendasarinya - selimut gas rumah kaca yang menebal dengan membakar bahan bakar fosil dan menebang hutan - peristiwa seperti ini akan lebih sering terjadi. Banjir akan meningkat, bertahan lebih lama, dan memengaruhi daerah yang biasanya aman,” pungkas Francis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper