Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Vs AS, Lee Hsien Loong Ingatkan Risiko Ketegangan di Selat Taiwan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memperingatkan risiko dari ketegangan di Selat Taiwan di tengah kecurigaan yang mendalam antara China dan AS.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengikuti pertemuan ASEAN Leaders Gathering di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018)./ANTARA-Afriadi Hikmal
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengikuti pertemuan ASEAN Leaders Gathering di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10/2018)./ANTARA-Afriadi Hikmal

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong memperingatkan risiko dari ketegangan di Selat Taiwan, yang menurut dia tidak mungkin segera mereda di tengah kecurigaan yang mendalam dan kurangnya interaksi antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Dalam pidato yang disiarkan televisi menjelang Hari Nasional Singapura pada Selasa (9/8/2022), Lee mengatakan Singapura akan diterpa persaingan dan ketegangan yang intens di kawasan itu.

"Di sekitar kita, badai sedang berkumpul. Hubungan AS-China memburuk, dengan masalah yang sulit dipecahkan, kecurigaan yang mendalam, dan kurangnya interaksi," kata Lee.

"Ini tidak mungkin membaik dalam waktu dekat. Selain itu, salah perhitungan atau kecelakaan dapat dengan mudah memperburuk keadaan," ujarnya.

Lee mengatakan tantangan ekonomi lebih mendesak dan bahwa masa depan Singapura "sangat mendung".

Dia mengatakan pemerintah akan meluncurkan lebih banyak tindakan dalam beberapa bulan mendatang untuk membantu orang-orang mengatasi kenaikan harga.

Inflasi Singapura dalam beberapa bulan terakhir merupakan yang tertinggi dalam lebih dari satu dekade.

Bank sentral Singapura memperketat kebijakan moneter pada 14 Juli dalam sebuah langkah di luar siklus yang biasa (off-cycle) untuk mengatasi tekanan biaya.

Singapura sebelumnya telah mengumumkan paket dukungan untuk sebagian besar kelompok berpenghasilan rendah untuk membantu mengurangi peningkatan biaya hidup akibat inflasi dan kenaikan harga energi.

"Dunia tidak mungkin kembali dalam waktu dekat ke tingkat inflasi dan suku bunga rendah yang telah kita nikmati dalam beberapa dekade terakhir," kata Lee.

Dia kemudian menjelaskan bahwa negara berpenduduk 5,5 juta orang itu harus merencanakan jauh ke depan dan mengubah industri, meningkatkan keterampilan, dan meningkatkan produktivitas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper