Bisnis.com, JAKARTA--Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) menyatakan akan mengkaji kembali kesepakatan dengan Myanmar untuk mengakhiri kekerasan yang dipicu oleh kudeta militer jika para jenderal terus mengeksekusi para tahanan politik.
Kelompok negara dengan 10-anggota, termasuk Myanmar tersebut telah mendorong negara itu untuk menerapkan apa yang disebut Konsensus Lima Poin yang disepakati April lalu. Asean juga mengkritik eksekusi atas empat aktivis demokrasi pekan lalu.
“Jika lebih banyak tahanan dieksekusi, kami akan dipaksa untuk memikirkan kembali … peran kami dalam Konsensus Lima Poin Asean,” kata Perdana Menteri Kamboja Hun Sen seperti dikutip aljazeera.com, Rabu (3/8). Hun Sen, yang berbicara berbicara di awal pertemuan, saat ini menjadi ketua Asean.
Lebih dari 70 tahanan politik di Myanmar telah dijatuhi hukuman mati dan setidaknya 24 orang lainnya dijatuhi hukuman in absentia.
Hun Sen mengatakan persatuan Asean ditantang oleh implikasi politik dan keamanan dari krisis di Myanmar yang telah menciptakan krisis ekonomi dan kemanusiaan.
Sekitar 2.145 orang tewas sejak militer merebut kekuasaan pada Februari 2021. junta militer menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan pemerintahannya.
Baca Juga
Hun Sen mengatakan meski Konsensus Lima Poin “tidak sesuai dengan keinginan semua orang”, namun ada beberapa kemajuan, termasuk dalam memberikan bantuan kemanusiaan.
Hanya saja dia melanjutkan dengan mengatakan situasi saat ini telah "berubah secara dramatis" dan dapat dilihat lebih buruk daripada sebelum perjanjian damai karena eksekusi para aktivis oleh pemerintah militer.
Para diplomat Asean mengadakan pertemuan dengan pemimpin kudeta Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang pemerintahannya menghadapi sanksi dan isolasi internasional, namun menegaskan kembali bahwa Myanmar adalah anggota Asean dan akan mencoba menerapkan konsensus tersebut.
Hun Sen juga memperingatkan Myanmar untuk tidak melanjutkan tindakan eksekusi terhadap para tahanan di negara tersebut. Peringatan itu terkait dengan langkah junta Myanmar mengeksekusi empat aktivis demokrasi di negara tersebut bulan lalu.
“(ASEAN) kecewa dan terganggu dengan eksekusi para aktivis oposisi ini, meskipun ada seruan dari saya dan yang lain agar hukuman mati dipertimbangkan kembali demi dialog politik, perdamaian, serta rekonsiliasi,” kata Hun Sen dalam pidatonya saat membuka 55TH ASEAN Ministerial Meeting di Phnom Penh, Rabu (3/8).