Bisnis.com, JAKARTA - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan rudal Patriot dan peralatan terkait ke Arab Saudi dalam sebuah kesepakatan senilai hingga US$3,05 miliar menurut pihak Pentagon.
Persetujuan itu dicapai kurang dari sebulan setelah kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Kerajaan Arab Saudi untuk menghadiri KTT Keamanan dan Pembangunan Jeddah seperti dikutip ArabNews.com, Rabu (3/8/2022).
Rencana penjualan rudal sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) juga meliputi alat kontrol kebakaran dan stasiun komunikasi THAAD dan peralatan terkait dalam kesepakatan senilai hingga US$2,25 miliar.
Dalam komunike bersama yang dikeluarkan setelah kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Arab Saudi bulan lalu, ditegaskan kembali bahwa kemitraan AS-Saudi telah menjadi landasan keamanan regional selama beberapa dekade. Kedua negara juga memiliki visi yang sama soal keamanan, stabilitas dan kesejahteraan wilayah yang saling berhubungan dengan dunia.
Biden menegaskan komitmen berkelanjutan Washington untuk mendukung keamanan dan pertahanan teritorial Arab Saudi dan memfasilitasi kemampuan Kerajaan untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan untuk mempertahankan rakyat dan wilayahnya dari ancaman eksternal.
Kedua belah pihak menggarisbawahi perlunya mencegah campur tangan Iran dalam urusan internal negara lain. Begitu juga dengan dukungannya untuk terorisme melalui proksi bersenjatanya selain upaya untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas kawasan.
Baca Juga
Pada bagian lain, Arab Saudi dan AS menekankan pentingnya mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.
Penjualan senjata ke Arab Saudi dididuga dikaitkan dengan upaya Riyadh untuk mengakhiri perang di Yaman. Hal itu diungkapkan oleh empat orang sumber yang memahami masalah tersebut.
Para pejabat senior Saudi telah menekan mitra-mitra mereka di AS untuk mencabut kebijakan hanya menjual senjata defensif ke negara Teluk itu.
Tekanan itu disampaikan dalam sejumlah pertemuan di Riyadh dan Washington dalam beberapa bulan terakhir, kata tiga sumber.
Sikap Biden terhadap Saudi telah melunak sejak invasi Rusia di Ukraina. Perang tersebut telah mendorong AS dan negara-negara Barat untuk meminta Saudi –salah satu produsen minyak terbesar di dunia–untuk memompa lebih banyak minyak demi menutupi kekurangan pasokan dari Rusia.