Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Krisis Rusia-Ukraina terhadap Perekonomian Asia Tenggara

Asia Tenggara menanggapi krisis komoditas dengan memprioritaskan target ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan upaya dekarbonisasi jangka panjang.
Suasana pertemuan KTT ASEAN yang dihadiri oleh kepala negara ASEAN dan perwakilan di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Sabtu (24/4/2021). KTT ASEAN yang pertama kali dilakukan secara tatap muka saat pandemi COVID-19 tersebut salah satunya membahas tentang krisis Myanmar. ANTARA FOTO/HO/ Setpres-Muchlis Jr
Suasana pertemuan KTT ASEAN yang dihadiri oleh kepala negara ASEAN dan perwakilan di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, Sabtu (24/4/2021). KTT ASEAN yang pertama kali dilakukan secara tatap muka saat pandemi COVID-19 tersebut salah satunya membahas tentang krisis Myanmar. ANTARA FOTO/HO/ Setpres-Muchlis Jr

Cadangan Mineral

Krisis komoditas saat ini memberi wawasan tentang pentingnya akses tanpa gangguan ke mineral. Kontrol mineral tersebut lebih terkonsentrasi pada bahan bakar fosil dan China berperan dominan dalam produksi dan pemurniannya.

Dominasi ini dapat digunakan untuk pengaruh geopolitik, seperti yang terjadi ketika China melarang ekspor logam langka ke Jepang menyusul konflik maritim pada tahun 2010.

Akan tetapi, karena sengketa Laut China Selatan antara Beijing dan negara-negara Asia Tenggara tertentu terus memburuk, maka negara-negara di kawasan itu harus berkolaborasi dalam mengembangkan deposit domestik, yang dapat mencakup logam langga di Myanmar dan Vietnam, dan nikel di Filipina.

Meskipun wilayah ini memiliki cadangan mineral yang besar, investasi di bidang pertambangan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Artinya, jika negara-negara Asia Tenggara dapat mengembangkan cadangan yang ada maka hal itu dapat memainkan peran kunci dalam mendiversifikasi rantai pasokan. Ada juga potensi untuk memperoleh pendapatan US$60 miliar pada tahun 2050, kata Mirza.

Sejauh ini, negara-negara di Asia Tenggara menanggapi krisis komoditas dengan memprioritaskan target ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan upaya dekarbonisasi jangka panjang.

Akan tetapi, sekali lagi, krisis tampaknya memberikan kesempatan bagi para pemimpin regional untuk menata ulang orientasi dan kolaborasi masa depan menuju energi terbarukan dan mineral transisi energi.

Hal ini diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan dan perlindungan terhadap guncangan pasokan di masa depan. Apalagi dalam lingkungan global yang semakin tidak pasti dan terjadinya perubahan iklim.

Pada akhirnya, perang Rusia-Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda mereda sehingga Kawasan Asia Tenggara harus bersiap untuk setiap kemungkinan yang ada.

Halaman Sebelumnya
Potensi Energi Terbarukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper