Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Krisis Rusia-Ukraina terhadap Perekonomian Asia Tenggara

Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan kenaikan harga komoditas secara eksponensial, mengingat kedua negara yang bertikai adalah pengekspor utama bahan bakar.
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, Menteri Pertahanan Nasional Turki Hulusi Akar, Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres mendandatangani kesepakatan membuka koridor ekspor produk pertanian biji-bijian termasuk gandum dari Ukraina lewat Laut Hitam./Istimewa
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, Menteri Pertahanan Nasional Turki Hulusi Akar, Menteri Infrastruktur Ukraina Oleksandr Kubrakov, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres mendandatangani kesepakatan membuka koridor ekspor produk pertanian biji-bijian termasuk gandum dari Ukraina lewat Laut Hitam./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan kenaikan harga komoditas secara eksponensial, mengingat kedua negara yang bertikai adalah pengekspor utama bahan bakar fosil, biji-bijian, pupuk, dan logam.

Bahkan, tidak dapat dibantah, gangguan pasokan komoditas akibat invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022, berdampak drastis pada perekonomian global, termasuk di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Menurut catatan Bank Dunia, pada tahun 2020 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) mengimpor 9,7 persen pupuk dari Rusia dan 9,2 persen bahan bubur (sereal) dari Ukraina.

Selain itu, konflik Rusia-Ukraina itu akan menyebabkan harga energi dan makanan global naik masing-masing sebesar 50 persen dan 20 persen pada tahun 2022.

Sedangkan tingkat inflasi untuk Asean sebagai sebuah kelompok meningkat dari 3,1 persen pada tahun 2021 menjadi 4,7 persen pada tahun 2022.

Gangguan Target Perbaikan Iklim

Peneliti Utama dalam Program Perubahan Iklim di Asia Tenggara (ISEAS), Mirza Sadaqat Huda dari Yusof Ishak Institute mengatakan selain menghambat pertumbuhan ekonomi, krisis komoditas telah merusak target perbaikan iklim (climate ambitions) di Asia Tenggara.

Untuk mengurangi tekanan inflasi, misalnya, Filipina baru-baru ini menggandakan program subsidi bahan bakar untuk transportasi umum dan juga berencana meningkatkan penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik.

Sedangkan subsidi minyak Malaysia dapat mencapai lebih dari US$6 miliar tahun ini dan Indonesia telah menggenjot ekspor batu bara. Thailand dan Vietnam juga baru-baru ini meningkatkan subsidi bahan bakar fosil, ujar peneliti yang bernaung di bawah Lembaga Asean tersebut.

Pada satu sisi, target energi terbarukan Asean 23 persen pada tahun 2025 juga dipengaruhi oleh guncangan pasokan mineral yang dapat memungkinkan transisi ke energi hijau.

Pada sisi lain, karena sanksi ekonomi terhadap Moskow belum sepenuhnya berlaku, maka Rusia masih menjadi pengekspor nikel dan paladium terbesar di dunia.

“Nikel adalah komponen penting baterai yang menggerakkan kendaraan listrik, sedangkan paladium untuk memproduksi catalytic converter, bagian dari sistem pembutan mobil yang mengontrol emisi,” katanya.

Sebagai catatan, setelah sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa diberlakukan terhadap Rusia, harga nikel dan paladium masing-masing meningkat sebanyak 60 persen dan 25 persen.

Hal itu menyebabkan kekhawatiran tentang kelayakan ekonomi yang bersumber dari teknologi energi terbarukan.

Adapun, Ukraina adalah pemasok gas neon terkemuka di dunia, yang digunakan untuk memproduksi semikonduktor komponen penting kendaraan listrik dan teknologi komunikasi.

Halaman Selanjutnya
Potensi Energi Terbarukan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper