Bisnis.com, JAKARTA —Presiden Majelis Umum PBB Abdullah Shahid menyebutkan pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan konflik yang berkelanjutan mengakibatkan hampir satu miliar masyarakat dunia kelaparan.
Apalagi dengan konflik di Ukraina saat ini, Bank Dunia bahkan memperingatkan 95 juta orang akan masuk ke kategori kemiskinan ekstrem dan 50 juta orang akan menghadapi kelaparan parah tahun ini.
“Kejutan dari berbagai krisis global telah melemahkan lembaga-lembaga yang ada, ekonomi, dan menantang kemampuan kita untuk merespons secara efektif,” ujar Shahid dalam situs resmi PBB, dikutip Selasa (19/7/2022).
Meski begitu, dia menegaskan masih ada harapan untuk menangguli krisis pangan dunia. Caranya, berbagai negara harus bekerja sama secara kolektif untuk mengatasi faktor yang menyebabkan krisis tersebut.
Sahid menekankan, pemimpin dunia harus memprioritaskan negara-negara rawan seperti negara miskin, negara berkembang yang tak punya lautan, dan negara berkembang kepulauan. Menurutnya, masyarakat di negara seperti itu yang biasanya harus mengeluarkan uang lebih banyak dari pendapat mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Selain itu, negara-negara tersebut juga harus dapat bantuan agar dapat mentransformasi sistem pangan mereka ke arah yang berkelanjutan.
Baca Juga
“Mewujudkan ketahanan pangan juga mengharuskan kita untuk menghentikan konflik dan pandemi yang mengganggu rantai pasokan [makanan], memperbaiki hubungan kita dengan alam dan mencipatakan pertanian yang berkelanjutan, serta memperkuat lembaga-lembaga global yang bekerja untuk mengentaskan kemiskinan dan kelaparan,” jelas Shahid.
Saran senada disampaikan oleh Sekjen PBB António Guterres. Dia mengatakan lembaga-lembaga dunia harus bersatu untuk menghadapi masa krisis seperi sekarang ini. Guterres menekankan Ukraina dan Rusia harus dapat kembali mengekspor produk pangan dan pupuknya agar perdagangan dunia kembali normal.
“Kita menghadapi risiko nyata dari wabah kelaparan tahun ini dan tahun depan bisa lebih buruk lagi. Namun, kita bisa menghindari bencana tersebut jika kita bertindak sekarang,” tutup Guterres.